Mohon tunggu...
Kopi santri
Kopi santri Mohon Tunggu... Lainnya - Berpeci pecinta kopi

Membaca atas nama Tuhan, Menulis untuk keabadian, Bergerak atas dasar kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Al Qur'an dengan Akal Sehat

25 Mei 2021   23:37 Diperbarui: 25 Mei 2021   23:48 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi: Tuhan Maha Asyik 2

Al-Qur'an Sebagai Pedoman Hidup

Seringkali kita mendengar perdebatan klasik antara segelentir kaum tentang Al-Qur'an itu Makhluk atau Firman, kedudukan Al-Qur'an itu sebagai apa, apakah Al-Qur'an tidak diperlakkukan layaknya manifestasi firman Tuhan atau kalam Ilahi mengingat keberadaannya adalah konsekuensi dari firman Tuhan: kun fayakun (QS. Ya Sin:82). dan pertanyaan lainnya. Namun dari pertanyaan-pertanyaan ini tidak menutup kemungkinan akan melebar, mencakup segenap alam semesta atau alam secara keseluruhan.

Selama masa penerimaan wahyu oleh Nabi Saw. melalui malaikat Jibril as., dari sejak ayat pertama hingga ayat terakhir, Al-Qur'an itu sendiri sudah terwujud secara sempurna, meskipun tidak tertulis dengan huruf-huruf di lembaran kertas. Akan tetapi justru penulisannya baru dikumpulkan jauh sesudah proses pewahyuan. (Dr. Muhammad Nursamad Kamba, Kidz Zaman Now, 2018).

Lebih lanjut, jika benar adanya bahwa Al-Qur'an pertama kali diterima Jibril secara utuh dari Allah Swt. yang kemudian disimpan di lauh mahfuz, yang kemudian dicicil ayat per ayat, dan surat per surat untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw., tentu nampak jelas sekali bahwa huruf-huruf yang tertulis beserta kertasnya bukanlah bagian dari Al-Qur'an. 

Yang cukup menarik ialah pada ayat pertama yang memerintahkan untuk membaca. Padahal, pada saat itu tidak ada apapun yang dapat terbaca, baik dikarenakan tidak ada naskah tertulis ataupun karena Nabi Saw. sendiri ummi (tidak dapat membaca teks). kata "Qur'an" sendiri, jika dilihat secara etimologi dimaknai bacaan. 

Dalam artian bahwa Al-Qur'an sejak awal mengasumsikan urgensinya perenungan dan proses berpikir panjang dan mendalam. Hal ini ditujukan untuk memperoleh akses ke dalam makna dan pesan yang terbawa pada setiap ayatnya.

Adapun pentingnya proses perenungan dan berpikir panjang ini tentu perlu ditekankan, sebab seringkali kita mudah dan sudah terbawa tradisi keseharian. 

Dalam artian kita membaca Al-Qur'an begitu saja, sekedar lewat layaknya membaca surat kabar di koran. Atau layaknya sarjana hukum yang paling-paling ketika membutuhkan suatu pandangan hukum atas suatu kasus atau masalah, kita membaca Al-Qur'an layaknya buku kitab undang-undang. 

Sikap dan tingkah laku semacam ini jelas sekali tidak menghargai Al-Qur'an yang membutuhkan perenungan dan proses berpikir panjang demi memahami makna yang terkandung di dalamnya. 

Wajar saja, jika banyak manusia yang pandai berdalil dan menjual murah ayat-ayat Al-Qur'an sebab mereka memahami ayat Al-Qur'an hanya sebata tekstual semata.

Oleh karenanya amat penting bagi kita untuk memahami hal yang seringkali terabaikan di dalam prilaku kita memahami Al-Qur'an. Meski dikomunikasikan dengan bahasa Arab, Al-Qur'an bukanlah sekedar teks bacaan layaknya teks-teks lainnya yang kandungan dan isinya dapat dimengerti hanya dengan membaca teks dengan mengikuti logika dan bahasa. Sebab, pesan-pesan tersirat dalam Al-Qur'an tidak hanya bisa dimengerti melalui mekanisme bahasa, tetapi juga lewat bunyi dan musik dalam pembacaannya. (Kidz Zaman Now, 2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun