Mohon tunggu...
Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Mohon Tunggu... Freelancer - UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Refleksi Urban Forest ke Hunian Pribadi

16 Oktober 2021   17:12 Diperbarui: 16 Oktober 2021   17:26 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari jendela kaca MRT (Mass Rapid Transit) jurusan Bedok, Singapura itu saya melihat urban forest yang begitu hijau dan rimbun membelukar. 

Rasanya ingin melompat saja dari MRT dan masuk ke jantung hutan kota buatan itu. Hingga puas kuhirup udara segarnya.

Negara kota itu tak cukup membuat MRT sebagai angkutan massal satu-satunya untuk memangkas jejak karbon. 

Dari mobil mewah hingga mobil bobrok yang mabuk asap pun diatur jam keluarnya dengan identitas plat nomor warna-warni sesuai jam operasionalnya.

Dengan kecepatan ngibrit ala MRT, sekejap saja saya menikmati hutan kota itu karena tiba-tiba saja sekitar jalur MRT gelap berdinding beton dengan pencahayaan terbatas. 

Ah, akhirnya saya mengerti. Jalur MRT berganti menjadi jalur bawah (subway) untuk mendukung ketersedian "green space" atau ruang hijau untuk memangkas jejak karbon (carbon footprint) perkotaan.

Green space ini merupakan usaha kota untuk menyediakan lahan segar yang minim polusi, seperti hutan kota, taman kota, jalur hijau bersepeda dan trek segar olahraga lari.

Benar adanya, ketika di lain hari, saat malam tiba, dari kaca jendela bus double air suspension yang super empuk itu, saya melihat banyak warga kota yang jogging di area green space. Jalurnya nyaman dan aman tanpa halangan.

Tak seperti yang pernah saya rasakan di pathway (jalur pedestrian) kota sendiri, tonjolan beton pembatas, penyempitan jembatan hingga kuldesak atau jalur tiba-tiba putus dan buntu dihadang tembok.

Ruang hijau hunian (green space) yang berupa hutan kota, bukit buatan dan sejenisnya, adalah desain tata kota ramah lingkungan yang bergenre biophilic city.

Upaya urban forest untuk memangkas jejak karbon ini sangat bagus untuk direfleksikan ke rumah atau hunian pribadi.

Tujuan utamanya sama, yaitu mengurangi jejak karbon residu olahan rumah.

Saya juga demikian, sejak dulu konsep green space ini sudah teraplikasi walau skala kecil. 

Paling tidak turut andil pengurangan jejak karbon rumahan.

Tak perlu terlalu idealis untuk mewujudkan green space rumahan. Sebab, bisa saja lahan terbatas menjadi kendala utama.

Yang penting cukup lahan untuk ditimbuni sekam padi sebagai bahan utama yang untuk persiapan pembibitan ruang hijau tersebut.

Pilih juga biodiversitas yang berupa tanaman kesukaan apa saja agar greget merawatnya.

Dalam beberapa bulan tanaman akan tumbuh, cukup untuk menghalangi sinar matahari mencapai tanah. 

Paparan langsung sinar matahari ke tanah juga penyumbang jejak karbon yang cukup besar.

Kerimbunan yang bersemak juga dapat mengurangi penguapan dan  menahan cadangan air di dalam tanah. 

Daun yang berguguran dari green space hunian menjadi bahan organik alami yang dapat memberi nutrisi. 

Ini mengurangi penggunaan pupuk buatan yang sarat dengan jejak karbon.

Ideologi kompos adalah solusi sempurna untuk masalah pemupukan. 

Di samping itu dapat mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke tempat pembuangan akhir.

Ada kesempatan besar di ruang hijau hunian untuk menciptakan tanah kaya nutrisi dengan ideologi  kompos tersebut.

Ia akan mengubah limbah dapur menjadi sumber nitrogen organik bagi ruang hijau hunian kita.

Refleksi urban forest (hutan kota) bagi hunian pribadi dalam bentuk ruang hijau (green space housing) juga bermanfaat bagi kesehatan komunitas, anggota keluarga serta tetangga sebelah.

Ruang hijau (green space) sangat berkontribusi terhadap tujuan urban forest yaitu membantu jumlah tambahan tutupan kanopi pohon yang telah diprogramkan kota.

Ruang hijau di hunian juga menyediakan oksigen, membersihkan udara, mengurangi suhu lingkungan dan juga membantu menghemat air. 

Permasalahan jejak karbon yang  berasal dari transportasi bahan makanan, maka dengan menanam sebanyak mungkin bahan makanan di area ruang hijau hunian– kita sudah berusaha maksimal mengurangi persentase permasalahan jejak karbon di atas.

Selain itu, ruang hijau juga meningkatkan keanekaragaman hayati, karena dapat menjadi rumah bagi berbagai spesies burung, hewan kecil, serta hunian mikroorganisme. 

Sedangkan selama musim hujan, ruang hijau hunian juga dapat mencegah air cepat menguap.

Sadarlah, bahwa berada di luar ruangan, di antara ruang hijau hunian kita, itu dapat memperkuat efek kegiatan yang bersifat gerak aktif yang menyehatkan.

Sebagai bentuk aktivitas fisik di luar ruangan, merawat ruang hijau hunian merupakan salah satu cara yang baik untuk membangun atau menjaga kesehatan fisik. 

Ia juga dapat membantu mengurangi dampak kesehatan mental dan jarak sosial.

Selain ikut andil dalam memangkas jejak karbon, ruang hijau hunian tentunya membantu menghubungkan anak-anak lebih banyak bermain dengan alam.

Kunci sukses mewujudkan green space housing, terutama jika lahan sempit adalah dengan menggunakan ruang dan tanaman secara strategis. Termasuk pemanfaatan konsep hidroponik.

Maka nulailah sekarang juga membuat green space housing dengan memanfaatkan iklim regional untuk mulai menanam sayuran musiman terlebih dahulu. 

Upaya lainnya tak kalah penting bagaimana memilih tanaman yang tepat untuk ruang hijau hunian yang mempunyai efisiensinya penangkap karbon besar.

Inilah titik utama refleksi urban forest ke hunian kita yaitu memperkuat konsepsi semua semua tanaman dapat menangkap karbon sebagai bahan fotosintesisnya.

Fakta ini tak dapat dipungkiri serta jelas sekali bahwa fotosintesis merupakan proses alami yang dapat memangkas jejak karbon dengan efisiensinya yang besar.

Oleh karena kemampuan beberapa jenis tanaman berbeda efisiensinya, maka pilihlah.

Tanaman lokal atau native plants sangat efisien memangkas karbon karena daya survivalnya sudah lama tercipta oleh lingkungan setempat dibanding tanaman impor.

Rumput-rumputan serta tanaman semak juga terbukti efektif memangkas jejak karbon.

Itulah sejumput refleksi urban forest untuk hunian kita yang berupa konsep green space housing: membangun ruang hijau untuk hunian dalam upaya memangkas jejak karbon rumahan.

Semoga cukup efektif mendukung net zero emissions dengan daya pangkas karbonnya yang alami tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun