Mohon tunggu...
Konstan Simanjuntak
Konstan Simanjuntak Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I love learning, reading, writing, singing, teaching, public speaking, communicating, eating and traveling. Interest: Leadership, Relationship, Wisdom, Encyclopedia, Movie and Music. Hate: Plagiarism!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Asyik, Indonesia Bebas dari Korupsi!

12 Juli 2011   02:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:44 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13104379391959985797

[caption id="attachment_118863" align="alignleft" width="160" caption="Korupsi di Indonesia (channels.com)"][/caption] Ah, judul ini hanya khayalan! Ya, saya memang lagi mengkhayal kok, memimpikan bahwa Indonesia bebas dari korupsi. Mungkin saya kelihatannya pesimis, tapi tidak sama sekali, saya justru mulai menerima kondisi bangsa ini. Yah, menerima apa adanya. Daripada saya protes sana-sini, mending merenung, introspeksi diri. Bagaimanapun untuk mengubah keadaan suatu negri tidak semudah seperti membalikkan tangan. Solusinya bukan pula di tangan organisasi tertentu yang gigih berjuangan memberantas korupsi, ini menurut opini saya. Perkara korupsi di negri ini sudah berakar dan jujur saja, sayapun terkadang korupsi, minimal korupsi waktu. Orang yang jujur itu sudah jarang, paling satu dari antara sepuluh ribu. Jujur, sayapun pula bukanlah orang jujur, tapi yang penting saya akan terus belajar jujur, karena pada pandangan saya itulah yang menjadi jaminan kebahagiaan saya sekeluarga, dunia dan akhirat. Orang jujur terkadang dibenci, paling tidak inilah yang saya lihat. Kenapa? Karena mereka menjadi penghalang terhadap orang lain untuk (bebas) korupsi. Orang jujur nggak bakalan mau diajak kompromi, diajak neko-neko, tip soni (tipu sono sini), sogok/suap dan sebagainya. Padahal, katanya kalau mau sukses sekarang kita tidak cukup hanya pintar, melainkan pintar-pintar (baca: nipu). Kalau mau karir mulus katanya kita harus bisa senantiasa menyenangkan orang atau bahasa halusnya menjilat (baca: bermuka dua). Kalau begini, jelas, bahwa orang jujur akan merasa dibatasi ruang geraknya. Ada yang mengusulkan agar orang bisa jera korupsi, harus dibikin hukuman mati. Wah, tega nian, mau berapa banyak warga yang mati? Sayapun nantinya bisa ikut-ikutan terjerat pula. Sekali lagi, perkara korupsi di Indonesia bukan lagi semata soal KUHP, ini sudah menyangkut kebiasaaan. “Bisa ala biasa". Sayapun bisa belajar korupsi terutama dari pemimpin saya, lingkungan saya, di mana korupsi yang saya lakukan sifatnya masih kecil-kecilan dulu. Bukankah korupsi yang kecil-kecilan ditolerir di lingkungan kita? Di situlah awalnya. Jika hal semacam ini dipertahankan, perlahan tapi pasti, korupsi yang besar juga akan saya lakukan! Mungkin Anda pernah tahu kalau di Amerika itu ada yang namanya "American Dream", di Indonesia juga ada kok, hanya saja versinya sedikit berbeda, di mana harapan orang untuk sukses semakin mudah apabila mereka korupsi. Walau dalam keseharian mereka tidak menyebut sebagai 'korupsi' tetapi 'pintar-pintar'. Lihat saja, beberapa orang yang jelas berpenghasilan jutaaan, tapi bisa punya rumah dan mobil mewah seharga milyaran. Itulah yang namanya pintar-pintar. Mungkin orang lain bakal protes, tapi tidak akan lama, karena jauh di dalam hati mereka juga mendambakan hidup 'sukses' seperti itu. Yah, that's American Dream versi Indonesia, ini menurut pandangan saya. Tidak ada solusi yang saya tawarkan dalam tulisan ini. Siapa sih saya? Sayapun tak mau jadi pahlawan kesiangan, karena waktu saya tak banyak di bumi ini. Yang penting saya bisa belajar hidup jujur dan tidak mencampuri urusan orang lain, mengikut arus tapi tidak hanyut, menjadi teladan bagi istri dan mewariskan apa yang patut bagi cucu-cucu. Siapa tahu generasi cucu-cucu saya, Indonesia bakal berubah, walau masih tetap ada kasus korupsi, tapi jumlahnya tidak lagi signifikan dan yang lebih penting pada masa itu, orang sudah terbiasa malu untuk korupsi. Oh, Asyik, bukan?!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun