Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Manusia Harimau | Niahhana

5 Maret 2019   12:43 Diperbarui: 5 Maret 2019   12:47 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam kian larut. Jam dinding telah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Namun,  mata ini rasanya enggan sekali terpejam. Padahal, esok adalah hari paling penting dan spesial sepanjang tahun ini. Ya, hari dimana diri ini akan milad yang ke-20. Kamu tahu bagaimana rasanya dada ini? Berdegup sangat amat kencang sekali. Tak karuan.

Ku pandangi jam dinding yang terus mengitari tiap angka tanpa henti. Hingga mata ini lelah lalu terlelap tanpa terasa.

Semua ini berawal dari dua tahun yang lalu, ketika manusia kejam itu datang menghampiriku. Memakan hatiku tanpa jeda juga perasaan. Benar-benar menyakitkan. Lalu, sejenak aku berpikir, "apakah semua lelaki di dunia ini sama? Menyakiti kaum Hawa tanpa ada rasa bersalah secuil pun?".

Lelaki bermata jingga itu sepintas terlihat rupawan nan bersahaja. Hingga mampu membuatku terpikat padanya sedari pandangan pertama. Sungguh rupa yang menipu!

Prinsipnya adalah menikmati lalu ku tinggalkan. Awalnya ia memiliki mulut yang manis dengan gombalan receh hingga membuat terbang melayang. Lalu, setelah aku masuk ke dalam perangkapnya, ia merobek kepercayaanku, memotong angan-anganku, hingga mencabik-cabik segala harapan yang ku punya.
Ia adalah manusia buas pemakan hati wanita. Menerkam siapapun wanita yang menurutnya dapat dia manfaatkan.

Matanya begitu tajam dan lihai melirik-lirik mangsa, kuku-kukunya berkilauan tanda mangsa siap terkam, lalu dari mulutnya keluar lidah dengan tetesan air liur tanda ia tak sabar menahan lapar. Lalu, perlahan ia dekati mangsa. Jarak ke-15 meter, lalu sepuluh meter, berlanjut lima meter,  hingga satu meter di hadapan. Dia meraung-raung menampakkan kegagahannya. Happ!!  Belum saja manusia itu mendekatkan kuku tajamnya padaku yang hendak menerkam, mataku terbuka perlahan. Lalu ku lihat wajah adek yang rupanya sedari tadi memanggil-manggil sambil mencubitku dengan kukunya yang jarang di potong.


"Ya Allah, kakaaaaaak! Cepat banguuun! Itu lihat udah jam berapa? Kata ayah bangun subuuuh hayoo!", ucapnya sambil mendekatkan mulutnya ke wajahku hingga meneteskan air liur dari mulutnya tanpa sengaja.

Heumm rupanya itu hanya mimpi.
Tapi, biarlah. Ini akan jadi kenangan di tahunku yang ke-20 dengan si adek nakal kesayangan mamah. ^^

Indramayu, 11 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun