Tiga momen praktek, menggandengkan kekuatan story line, keunikan paket wisata alam, serta memasukkan dua komponen tersebut ke dalam konten-konten yang tepat dan menjadi pendukung dari langkah digital marketing produk wisata peserta.
Diversifikasi Wisata di Kawasan Konservasi
Diskusi langsung selama dua hari workshop, selalu memunculkan kisah-kisah unik. Salah satunya, Said, pelaku wisata di kawasan konservasi TWA Suranadi, menyebutkan paket wisata Sabu. Sabu yang melenakan itu? Ternyata bukan. Paket wisata Sabu, adalah paket wisata kuliner khas Suranadi berupa seporsi Sate Bulayak. Sate dari beragam potongan daging, disajikan dengan Bulayak, sebutan khas dari lontong nasi yang hanya ada dan dibuat di desa Suranadi.
Ada pula Faturahman, pengelola wisata dari Dusun Prajak, Batubangka, Moyo Hilir, kabupaten Sumbawa. Fatur berada dekat dari Pulau Moyo yang sangat terkenal. Di acara workshop ini, ia mengingatkan paket wisata sebenarnya sangat terbuka untuk bersinergi. Misal, wisatawan yang eksplor Lombok, bisa melanjutkan wisatanya ke spot-spot di pulau Sumbawa. Moyo, Kenawa dan masih banyak lagi paket wisata unik lainnya, bisa dinikmati wisatawan tersebut.
Dua sharing dari Said dan Fatur, memunculkan perlunya diversifikasi paket wisata. Sebisa mungkin, paket-paket wisata lekat dengan keunikan dan identitas khas dari wilayah itu sendiri. Paket Sabu Suranadi, bisa dimasukkan menjadi tawaran wisatawan yang berkunjung ke Moyo atau Kenawa. Sebaliknya, yang sudah terkesan dengan kelezatan wisata Sabu Suranadi, akan makin melekat kesan wisata terbaiknya, ketika menghabiskan waktu di pantai berpasir putih serba biru di pulau Kenawa Sumbawa.
Wira, perwakilan dari Kelompok Peduli Konservasi Suranadi Lestari, kecamatan Narmada, menyebutkan akan menggunakan bantuan menyempurnakan sarpra dari dua paket wisata yang mereka kelola. Desa Mekarsari akan melengkapi wisata camping dan cafe yang mereka kelola, sehingga bisa melayani tamu wisatawan secara jauh lebih baik lagi.
Workshop diikuti pula oleh enam orang mahasiswa Prodi Pariwisata Syariah dari Universitas Islam Negeri - UIN Mataram Lombok. Mafazza Sasaka, mahasiswa semester IX, mewakili lima teman lainnya, tiga minggu pengalaman mereka di TWA Tunak dan pekan ini di TWA Suranadi, membuat mereka jauh lebih paham tanggung jawab dari setiap job desc yang umumnya ada di satu destinasi/spot wisata. Mafazza sendiri bertanggung jawab pada promosi produk wisata, sementara Ketua Tim Nurul Fazri dan Fitri - perempuan satu-satunya di tim UIN, bahkan sebagai peserta workshop, mengaku mendapatkan pengalaman khusus dari total 45 hari mereka melaksanakan Praktik Kerja Lapangan - PKL, mulai dari Kantor BKSDA NTB, TWA Tunak, TWA Suranadi dan berakhir di TWA Kerandangan.
Keseluruhan rangkaian workshop berakhir tengah hari, Selasa (12/10 2022). Workshop yang diprakarsai BKSDA NTB, partner bersama WCS Indonesia, tentu diharapkan mengoptimalkan kepariwisataan yang kini tren dikelola oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi itu sendiri. Salam Konservasi, Hu Ha, Hu Ha, Hu Ha. Wisata minat khusus, agendakan ke TWA-TWA di Lombok dan Sumbawa.
*TWA Suranadi, 12 Oktober 2022. Peliput dan penulis - Adm Muslifa Aseani