Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dari Kantor Pos yang Jadi Saksi Bisu Kisah Bung Karno, Hingga Baterai Anti Terbakar

19 Januari 2017   18:56 Diperbarui: 19 Januari 2017   19:14 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah kantor pos di daerah Salatiga yang berusa lebih dari 1,5 abad ini ternyata menyimpan sejarah yang tidak terduga. Kantor pos ini adalah saksi bisu kisah asmara Presiden Soekarno dengan seorang janda cantik bernama Hartini.

Selain cerita tentang kantor pos yang menjadi saksi bisu kisah asmara Bung Karno, ada juga ulasan tentang tenologi baterai anti kebakaran. Kedua artikel ini dirangkum dalam headline pilihan Kompasiana berikut ini.

1. Kantor Pos Salatiga Saksi Bisu Asmara Bung Karno

Kantor pos Salatiga. Dokumentasi PT POS Indonesia
Kantor pos Salatiga. Dokumentasi PT POS Indonesia
Sebuah kantor pos berusia lebih dari 1,5 abad menjadi saksi bisu kisah cinta Bung Karno dengan Hartini, janda cantik yang kemudian dinikahi tidak lama setelah Guruh Soekarno Putera lahir.

Pasca pertemuan dengan Hartini, Bung Karno sering saling berkirim surat dan kantor pos inilah yang menjadi persinggahan surat tersebut. Dalam suratnya, Bung Karno menggunakan nama samaran "Srihana" sedangkan Hartini menggunakan nama samaran "Srihani."

Dari sedikit runtutan cerita tentang asmara Bung Karno ini, terlihat jelas bahwa peran kantor Pos Salatiga relatif sangat besar dalam mempererat hubungan cinta keduanya. Kisah lengkapnya bisa Anda baca melalui tautan berikut ini.

Selengkapnya 

2. Tertarikkah Anda dengan Film Bertema Pramuka?

Ilustrasi. Police Scout
Ilustrasi. Police Scout
Film-film dengan tema Pramuka tidak banyak diproduksi di Indonesia. Bisa jadi karena produser dan sutradara film di Tanah Air mengira segmen penontonnya terlalu sempit.

Selain asumsi yang tak tepat bahwa segmen penontonnya terlalu sempit, ada juga kecenderungan bahwa Pramuka dianggap kurang menarik, kurang gaul, hanya merupakan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Tidak banyak yang bisa diangkat menjadi film menarik.

Kalau saja ada penulis skenario yang jeli dan sutradara yang mumpuni, film dengan tema Pramuka sebenarnya bisa menjadi film menarik yang ditonton banyak orang. Bukan hanya dari kalangan Pramuka saja, tetapi dari seluruh lapisan masyarakat. Pertanyaannya, kenapa film tema Pramuka, tak ada satu pun yang bisa menembus jumlah penonton yang cukup tinggi?

Selengkapnya 

3. Bolehkah Memberi Nama Pulau dengan Bahasa Asing?

Ilustrasi. Private Island Online
Ilustrasi. Private Island Online
Pekan lalu publik dihebohkan oleh berita yang berjudul “Luhut Bebaskan Asing Beri Nama 4.000 Pulau di Indonesia." Berita itu cukup mengejutkan dan menyisakan banyak pertanyaan. Salah satunya, benarkah itu pernyataan dilontarkan Pak Menteri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun