Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perempuan Pekerja, Tantangan dan Peluangnya ke Depan!

18 April 2021   18:18 Diperbarui: 18 April 2021   18:42 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan pekerja yang tangguh. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Perempuan masih terkendala untuk mandiri secara ekonomi, baik karena kesempatan kerja yang belum setara maupun adanya beban kerja domestik.

Sebab, perempuan dinilai mampu menjalani peran ganda sebagai ibu, istri, dan pekerja. Namun, hal itu perlu dukungan dari seluruh anggota keluarga.

Pekerja perempuan kini semestinya punya kesempatan yang sama untuk berkembang dan mendapati posisi maupun jabatan pada tantangan industri seperti sekarang ini.

Oleh karena itu, kita bisa sama-sama merefleksikan kembali pencapaian perempuan dalam memperoleh kesempatan dan hak kerja yang layak.

Bagaimana Kompasianer melihat pekerja perempuan ini dalam bersaing?

1. Tantangan Perempuan Bekerja di Lingkungan yang Didominasi Pria

Awalnya sekadar pertanyaan dari seorang supir angkutan umum, tapi setelah itu dilanjutkan dengan nasihat-nasihat yang menyudutkan Kompasianer Dewi Puspasari karena pulang terlalu malam.


Menjadi perempuan yang bekerja di lapangan mencari berita, tulis Kompasianer Dewi Puspasari juga tak lepas dari gangguan pria.

Belum lagi ada yang sekadar bersiul atau ingin berkenalan, mengirimkan pesan-pesan aneh, hingga bertindak kurang ajar yang mengarah ke pelecehan.

Tantangan lainnya bekerja di tempat yang didominasi pria adalah ada kalanya disepelekan.

Kaum hawa dinilai lemah, tak mampu bekerja di bawah tekanan, mudah menangis jika dimarahi dan sebagainya," lanjut Kompasianer Dewi Puspasari, menuliskan segala tantangan yang diterima sebagai perempuan pekerja. (Baca selengapnya)

2. Potret Profesi Perempuan Jawa Itu Tersirat dalam Tari Bondan

Tak hanya berparas ayu pancaran dari hati dan jiwanya yang indah, menurut Kompasianer Christina Budi Probowati perempuan Jawa itu sepatutnya juga memiliki jiwa keibuan.

Untuk menggambarkan itu, Kompasianer Christina Budi Probowati melihatnya sebagaimana sebuah pertunjukan tari Bondan.

Tari Bondan adalah salah satu tari Jawa klasik yang mengisahkan tentang kasih sayang seorang ibu kepada anaknya dan sekaligus merepresentasikan sosok perempuan Jawa yang lemah lembut namun kuat, tak sekedar berparas ayu.

"Ada beberapa properti yang dibawa saat menarikan Tari Bondan yang masing-masing memiliki makna yang dalam, yakni boneka anak, payung kertas dan kendi," tulis Kompasianer Christina Budi Probowati. (Baca selengkapnya)

3. Menjadi Ibu Rumah Tangga, Bukti Diri Multitalenta

Kesetaraan gender di Indonesia menurut Kompasianer Nana Marcecilia rasanya sudah memiliki banyak kemajuan, baik itu dibidang profesi maupun pendidikan.

Dengan usaha yang keras dan tingkat ketegaran yang tinggi, lanjutnya, perempuan dapat menempuh pendidikan setinggi yang diinginkan bahkan mendapatkan jenjang karier yang juga diinginkan.

Dari beragam profesi yang dilakukan oleh kaum perempuan, Kompasianer Nana Marcecilia amat bangga dengan perempuan yang telah menjadi ibu rumah tangga.

"Menurut saya, menjadi ibu rumah tangga melahirkan pribadi yang multi talenta dan berjiwa seni yang tinggi," tulisnya.

Selain itu juga sebagai ibu rumah tangga ada 6 seni yang didapat ketika bisa menjalaninya dengan baik. (Baca selengkapnya)

4. "Single Mother", antara Beban Sosial dan Tuntutan Tanggung Jawab

Selain beban tanggung jawab untuk mengurus anaknya, tulis Kompasianer Gobin Dd, seorang single mother mesti tetap bertanggung jawab penuh dalam hal finansial untuk anaknya.

Peran dan tanggung jawab yang dituliskan Kompasianer Gobin Dd itu mengisahkan temannya asal Filipina, seorang single mother.

Dari ceritanya tersebut, hal terberat yang dialami adalah beban sosial dan beban tanggung jawab untuk mengurus anaknya.

Cerita tentang temannya Kompasianer Gobin Dd ini barangkali banyak cerita yang dihadapi oleh wanita yang berprofesi sebagai single mother.

"Karena situasi tertentu, mereka harus berhadapan dengan situasi rumit, situasi sosial dan beban moral kerap menjadi bagian dari status mereka sebagai orangtua tunggal," tulisnya. (Baca selengkapnya)

5. Perempuan Pengawin Bunga

"Perempuan dan bunga konon pasangan yang kompak. Perempuan penggemar bunga. Ada lagi puan pemetik bunga. Kebanyakan perangkai bunga adalah wanita. Nah ini yang berbeda, perempuan pengawin bunga," tulis Kompasianer Suprihati.

Barangkali ada yang belum familiar dengan profesi pengawin bunga, bukan?

Jadi tugas pengawin bunga ini, tulis Kompasianer Suprihati adalah mempertemukan serbuk sari dari bunga jantan dengan putik bunga betina.

Produsen benih umumnya merekrut perempuan sebagai pengawin bunga, polinator istilah teknisnya.

"Para perempuan ini memiliki ketelitian dan kerajinan tinggi. Pekerjaan perempuan, mencermati penyerbukan," lanjut Kompasianer Suprihati. (Baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun