Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenang Kang Jalal dan Melanjutkan Apa yang Ditinggalkannya

19 Februari 2021   19:10 Diperbarui: 19 Februari 2021   22:16 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenang Jalaluddin Rakhmat (Foto: KOMPAS.com/Rio Kuswandi)

Namun, yang membuat kerajinan besi putih ini menarik adalah karena terbuat dari bongkahan alutsista perang dunia kedua.

Bongkahan alutsista ini, lanjut Kompasianer Fauji Yamin menjelaskan, berada di Kabupaten Kepulauan Morotai. Itu merupakan pangkalan terbesar kedua milik Amerika dibawah komando Jendral Douglas Mc. Artur. (Baca selengkapnya)

3. Memercayai Diri Sendiri

Ternyata kegiatan belajar-mengajar selama di rumah membuat Kompasianer Rijo Tobing memahami kelebihan anaknya yang tidak pernah terlihat: sikap bertanggung jawab dan kepemimpinan.

Sebagai contoh, saat belajar virtual, anak dari Kompasianer Rijo Tobing tidak segan mengirimkan pesan kepada teman-temannya yang belum muncul atau hadir.

Akan tetapi ada yang menarik saat di kelas sedang diadakan pemilihan ketua kelas. Anak sulung Kompasianer Rijo Tobing ingin sekali mendapatkan posisi tersebut. Tapi, sayang, ia gagal.

"Anak-anak boleh merasa tidak baik-baik saja dan menganggap perasaan itu sebagai pusat dari dunia mereka, karena begitulah anak-anak. Emosi mengambil porsi yang besar di dalam keseharian mereka," tulis Kompasianer Rijo Tobing.

Tugas kita sebagai orang dewasa, lanjutnya, adalah menjadi teman bicara untuk mengomunikasikan emosi dan menunjukkan jalan untuk tidak memanjakan emosi yang negatif atau tidak membangun. (Baca selengkapnya)

4. Menghitung Untung Rugi Pelestarian Warisan Budaya untuk Investasi Pariwisata

Biaya untuk konservasi warisan budaya itu tidak sedikit. Oleh karena itu, Kompasianer Wuri Handoko memertanyakan: ada berapa jumlah kontribusi warisan budaya yang menjadi obyek wisata untuk devisa negara?

Pada prinsipnya, lanjut Kompasianer Wuri Handoko, perhitungan ekonomi warisan budaya atau cagar budaya perlu dipikirkan solusi untuk biaya konservasi warisan budaya yang dihasilkan perhitungan ekonomi obyek warisan budaya itu sendiri.

"Tampaknya di Indonesia, pembicaraan soal nilai ekonomis sumber daya arkeologi baik dalam kategori cagar budaya maupun yang bukan cagar budaya masih tabu," tulis Kompasianer Wuri Handoko, mengingatkan. (Baca selengkapnya) 

5. Memberdayakan Masyarakat untuk Melindungi Tinggalan Arkeologi

Di antara sejumlah subdisiplin arkeologi, tulis Kompasianer Djulianto Susantio membuka esainya, sebenarnya Arkeologi Publik relatif mudah penerapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun