Ketika tinggal di luar negeri, pasti ada saja hal baru yang bisa dibagikan kepada pembaca lain. Entah tempat wisata, tanaman langka, hingga budaya orang-orang di luar negeri itu sendiri.
Karenanya, baik Gaganawati maupun Weedy sangat gemar mendokumentasikan segala yang unik itu melalui kamera. Sehingga, kalau suatu hari nanti ingin ditulis, mereka sudah punya stok gambarnya.
Akan tetapi ada yang perlu diperhatikan ketika hendak ingin menulis atau mengambil gambar suatu objek yang bukan milik sendiri. Tidak boleh sembarangan, karena menyangkut privasi orang lain yang dijadikan objek tulisan.
Gaganawati menceritakan, di Jerman, perihal privasi sudah diatur dari ujung kepala hingga ujung kaki, dari depan hingga belakang.
"Kalau kamu mau memfoto orang lain dan mengunggahnya (atau dibuat tulisan) itu mesti perlu izin atau mendapat persetujuan orang tersebut," ujar Gaganawati.
Saking tidak bisa sembarangannya, lanjut Gaganawati, kita bahkan mesti menandatangi surat persetujuan dengan orang lain.
Begitu juga di Jepang. Anak sulung Weedy Koshino malah kerap mengingatkan ibunya untuk tidak mengambil foto dari objek yang bukan milik keluarganya.
"Ma, itu bunga siapa. Ma, itu anjing siapa, gak boleh asal foto gitu," kata Weedy Koshino memperagakan anaknya yang mengingatkan.
Kadang, saking pusingnya, Weedy Koshino membalas peringatan anaknya dengan bercanda, "Yaampun, masa mesti izin ke bunga, sih? Masa mesti izin dan ngomong ke anjingnya, sih?"
Cerita tentang privasi ini dapat menjadi inspirasi bagi kita yang memiliki hobi/profesi ngeblog. Privasi orang lain yang kita dapatkan tanpa izin, biar bagaimanapun tidak bisa sembarangan disebarluaskan.
Pada akhir sesi, baik Gaganawati maupun Weedy Koshino menutup sesi A-to-Z Kompasiana dengan menyemangati penulis.