Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nestapa Kelas Online dan "Fetish Kain Jarik" yang Bisa Diobati

2 Agustus 2020   04:26 Diperbarui: 2 Agustus 2020   04:54 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Pelajar mengerjakan tugas sekolah yang diberikan guru secara online di rumahnya Muntung, Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (07/04). (Foto: ANIS EFIZUDIN/Antara)

Setelah dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021 pada Senin (13/7/2020) menyita perhatian kita: ketimpangan pendidikan itu nyata adanya.

Apalagi ketika pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih diterapkan hampir semua sekolah di Indonesia, terutama yang tidak berada di zona hijau.

Para siswa tidak dapat terlaksana di daerah-daerah pelosok tidak bisa melakukan kegiatan tersebut. Penyebabnya beragam, dari minim infrastruktur internet hingga kemampuan orangtua yang tidak sanggup menunjang kebutuhan anaknya.

Ternyata masih permasalahan ini menyadarkan kita bahwa masih ada yang hidup di bawah garis kemiskinan, ditambah selama pandemi seperti sekarang ini.

Selain keprihatinan akan ketimpangan atas pemasalah pendidikan jarak jauh ini, masih ada konten menarik lainnya: dari kasus PS Store hingga konten viral "Fetish Kain Jarik".

Inilah konten menarik dan terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:

1. Nestapa Kelas Online bagi Keluarga Marginal

Biar bagaimanapun, dalam proses belajar-mengajar, tidak hanya kuota internet yang dibutuhkan. Lebih dari itu, kehadiran guru menjadi penting.

Karena itulah Saifullah, seorang guru honorer Sekolah Menengah Pertama di seputaran Kota Langsa Aceh mau mendatangi murid-muridnya yang terkendala melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Baginya, tulis Kompasianer Muhibuddin Aifa, proses belajar harus berjalan walau dalam masa-masa pandemi, hampir setiap hari ia melakukan kunjungan rutin kerumah-rumah anak didiknya.

Menjadi Guru itu tugas mulia karena mencerdaskan bangsa, uang bukanlah kiblat kita semata dalam melakoni pekerjaan ini. Tapi ada rasa puas dan kebahagian tersendiri manakala melihat anak didik kita berhasil," ungkap Saifullah, mengingat pesan Ayahnya.

Bahkan tak jarang ia melewatkan rapat penting di kantornya dikarenakan HP-nya berada di tangan anaknya untuk pelaksanaan kelas online. (Baca selengkapnya)

2. Jurus "Pompom" , Kemiripan Marketing PS Store dengan Jouska

Pada pekan ini PS Store mendapat perhatian warganet. Pasalnya, Putra Siregar sebagai pemilik diciduk petugas Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan.

Putra Siregar diduga melakukan tindak pidana kepabeanan dengan menjual ponsel ilegal.

Lagipula, strategi marketing yang dilakukan PS Store benar-benar menarik. Mereka ponsel premium yang sering membandrol miring barang dagangannya.

Strategi marketing yang diterapkan oleh PS Store, menurut Kompasianer Adica Wirawan, mengingatkannya pada strategi marketing yang dilakukan Jouska dalam memasarkan produknya.

"Meskipun model bisnis keduanya berbeda, namun "jurus" marketing yang pakai ternyata mirip, yakni mengoptimalkan media sosial," tulisnya. (Baca selengkapnya)

3. Belajar Menghargai Dapur dari Masyarakat Aceh

Dapur itu, tulis Kompasianer Thomas Panji, menjadi sebuah tempat yang sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat kita untuk mengolah suatu bahan panganan mentah menjadi panganan yang bisa dimakan.

Meski sekilas fungsi dapur sekadar cukup sederhana, tapi bagi kebudayaan masyarakat tertentu, dapur berfungsi sebagai ruang pemersatu antar masyarakat untuk merawat kerukunan; mendaptakan limpahan rejeki dan keselamatan.

"Salah satu contoh konkret dari betapa filosofisnya dapur bagi orang Aceh adalah diadakannya sebuah upcara khusus ketika seseorang ingin membangun sebuah dapur," lanjutnya.

Ada sebuah upacara adat untuk membangun dapur bernama peusijuek dapu. Upacara ini memiliki arti seperti menepung-tawarkan dapur. (Baca selengkapnya)

4. Mengenal Kasus Viral "Fetish Kain Jarik", Apa Bisa Diobati?

Sejak viralnya kasus pelecehan seksual "Fetish Kain Jarik", banyak sekali aspek yang kemudian bisa dibahas dari sana.

Semakin menarik, sebab perilaku kepuasan seks ini memang tidak lazim, sehingga korban tidak menyadarinya. Pertanyaannya, apakah itu bisa disembuhkan?

Gangguan Fetishism ini, tulis Kompasianer dr. Ayu Deni Pramita, sudah termasuk kelainan seksual yang puas dengan mengagumi objek secara berlebihan, misalnya bagian tubuh (kaki, tangan) atau objek mati.

"Penyembuhan fetishism bisa dilakukan dengan melawan keinginan terhadap objeknya secara konsisten dan waktu yang panjang," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

5. Idul Adha dan Motivasi Religi untuk Pemulihan Ekonomi

Setiap tahun, pada 10 Dzulhijjah, umat Islam melakukan amalan berkurban. Mereka yang berkurban tidak mengharapkan apa-apa yang bersifat materi ataupun tidak mengharapkan terima kasih dari siapa pun.

Oleh karena itu Kompasianer Achmad Nur Hidayat menjelaskan makna berkurban untuk strategi pemulihan ekonomi akibat covid-19 ini.

"Berkurban artinya mengeluarkan kekayaan untuk membeli binatang ternak. Hal ini dalam ekonomi dapat menghasilkan multiplier effect," tulisnya.

Outcome dari aktivitas ini, tentu saja, dapat meningkatkan kesejahteraan petani, memperbaiki protein publik, menaikan PDB, peningkatan ekonomi keseluruhan dan memperkuat modal sosial ditengah masyarakat. (Baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun