Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dijajah Buku Sendiri

23 April 2018   19:36 Diperbarui: 28 Oktober 2021   12:41 3672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barulah sekitar Maret atau April 2015, Kedai Boekoe mulai rutin membuka kedainya. Meski kemudian sempat menyesal karena telah menjual koleksi buku-bukunya, kata Zelva Wardi, sebab buku-buku tersebut relatif sulit untuk didapatkan lagi. Seperti yang diungkapkannya, dari pertama kali berdiri sampai sekarang, "Kedai Boekoe baru hanya menjual buku-buku yang digemarinya."

Namun, lambat-laun karena permintaan dan  referensi bacaannya bertambah dan bertumbuh, ia tidak hanya sekadar menjual buku yang menarik untuk sendiri, melainkan oranglain. Kedai Boekoe juga belum terlalu serius mengelola toko buku miliknya. Sampai sekarang, malah Zelva Wardi tidak membuat laporan bulanan terhadap buku-buku yang laku. Tapi, paling tidak, ia memiliki paling tidak 10 stok setiap judul bukunya.

"Tidak ada buku mana yang lebih laku, tetapi tergantung hype yang muncul saat melakukan promosi di Twitter dan Instagram.  Biasanya jika dipromosikan 2-3 kali sehari, itu lebih cepat habisnya," ungkapnya.

Harga yang ditawarkan pun relatif menggiurkan: selalu ada potongan harga untuk setiap buku. Kisaran 10-20 persen untuk setiap buku itu termasuk lumayan, bukan? Angka tersebut diambil dari potongan yang diberikan penerbit kepada reseller seperti Kedai Boekoe ini. Dan, dalam sebulan, Kedai Boekoe mampu menjual 150 - 250 buku. Belum lagi ditambah buku keluaran terbaru yang diterbantu oleh penulisnya sendiri melakukan promosi.

Mempertemukan Buku dengan Pembaca

Jika kita mencari tagar #LiterasiBergerak pada fitur pencarian Twitter dan Facebook, akan kita dapati sebuah upaya anak muda Indonesia yang menyalurkan buku-buku hingga pedalaman Indonesia. Buku-buku layak baca hasil sumbangan atau donatur seseorang, oleh mereka didistribusikan sendiri bahkan hingga ke perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia.


Senada dengan hal tersebut, Bambang Setyawan pernah melakukan reportase di base camp Thekelan, Batur, Getasan, Kabupaten Semarang. Di sana, ada sebuah taman baca yang bernama Perpus Gunung tepat di pintu masuk pendakian Gunung Merbabu.

Dari reportase tersebut, Tukiman membuat Perpus Gunung di base camp Thekelan pada awal 2017 dari rumah warga yang tidak lagi dihuni. Bangunan rumah itu cukup luas, kira-kira bisa menampung paling tidak sekitar 30 pendaki. Jadi, selain untuk melepas lelah, pendaki bisa saling berbagi ilmu atau wawasan kepada pengunjung Perpus Gunung tersebut. Budayawan seperti Sujiwo Tedjo juga pernah ke sana.

Atau di Malang, misalnya. Himam Miladi melaporkan sebuah Angkutan Perkotaan (Angkot) dijadikan perpustakaan berjalan. Angkot Baca Malang, namanya, jurusan Arjosari -- Landungsari. Bentuknya seperti Angkot pada umumnya, hanya saja di bagian belakang diisi dengan buku-buku yang bisa dibaca gratis oleh penumpangnya.

Ini merupakan sebuah gerakan literasi sosial yang diprakarsai oleh sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Mahasiswa Penggerak (MAGER), Malang. Angkot dipilih, tulis Himam Miladi, karena merupakan transportasi umum kelas menengah kebawah, juga sekaligus ruang publik yang terus bergerak. Hanya saja kendala yang dihadapi sekarang ini di sana: kini mereka mesti bersaing berebut penumpang dengan transportasi daring yang tengah berkembang pesat.

Anomali Pembaca di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun