Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masih Ingat Soal Rencana Kenaikan Tarif Parkir Mobil di Jakarta? Ini Tanggapan Kompasianer

12 September 2017   14:34 Diperbarui: 12 September 2017   20:54 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parkir mobil di Jakarta. Kompas.com

Jakarta - Pemprov DKI Jakarta beberapa waktu lalu mengeukakan wacana akan adanya kenaikan tarif parkir mobil demi mengurai kemacetan di Jakarta. Bahkan rencananya, tarif parkir mobil bisa mencapai 50 ribu rupiah.

Tapi apa kebijakan ini akan efektif? Beberapa Kompasianer pun mengutarakan pendapatnya. Ada yang meragukan keefektifan kebijakan ini, ada juga yang menilai bahwa tarif parkir di Jakarta memang terlalu murah. Berikut ini selengkapnya.

1. Yakin Tarif Parkir Mobil Rp 50 Ribu Bisa Optimal?

Kompas.com
Kompas.com
Dzulfikar bercerita saat ia berkunjung ke daerah Cikini beberapa waktu lalu. Ketika itu ia parkir di tempat parkir yang tersedia mesin berbayar. Namun ketika akan pergi, ia dimintai 10 ribu rupiah untuk tarif parkir selama 7 jam.

Kemudian ia diberi resi sebagai bukti parkir tapi nomor polisi yang tertera bukanlah milik Dzulfikar. Ternyata itu adalah akal-akalan si tukang parkir untuk mendapat keuntungan.

Hal seperti ini memang kecil, tapi akan sangat berpengaruh pada kepercayaan publik atas kinerja pemerintah. Inilah yang juga membuat Dzulfikar menjadi sangsi akan kebijakan kenaikan tarif parkir di Jakarta.

Masih ada banyak yang harus dibenahi terlebih dahulu untuk mendukung kebijakan tersebut. Dan Dzulfikar berpendapat, akan lebih baik jika jumlah kendaraan pribadi yang dibatasi dan kendaraan umum ditambah. Intinya, pemerintah harus serius terlebih dahulu memperbaiki fasilitas transportasi umum di Jakarta.

2. Tarif Parkir Melahirkan Masalah Baru

Hukumonline.com
Hukumonline.com
"Kemunculan kendaraan yang diproduksi dengan harga yang relatif murah, malah menimbulkan dampak yang cukup serius khususnya di jalan raya," itulah yang dikatakan Kompasianer Faisal dalam ulasannya. Menurutnya, dengan bertambahnya jumlah kendaraan pribadi di Indonesia maka pendapatan negara pun bertambah dari pajak. Tapi sayangnya fasilitas yang ada tidak seimbang dengan peningkatan jumlah kendaraan ini.

Masalah lain yang muncul adalah ketidakpercayaan publik akan fasilitas angkutan umum. Masalah keamanan selalu menjadi sorotan dan alasan mengapa publik lebih memilih kendaraan pribadi ketimbang umum. Masalah yang selalu berulang dan seolah tidak pernah ada pemecahannya.

Pemerintah memang tidak tinggal diam, berbagai aturan untuk mengurai kemacetan diberlakukan seperti sistem satu arah, menyediakan Transjakarta gratis di waktu tertentu, hingga kebijakan genap ganjil. Tapi apa hasilnya?

Masalah lainnya adalah pertumbuhan parkir liar khususnya di Jakarta. Mereka menggunakan lahan lahan yang tidak seharusnya digunakan. Banyak sekali masalah yang harus dibenahi pemerintah setempat, apalagi jika kemudian menaikkan tarif parkir. Pasti akan ada lagi masalah berikutnya yang muncul. Pemerintah harus bisa mengantisipasi hal ini.

3. Tarif Parkir di Jakarta Memang Terlalu Murah

Tribunnews.com
Tribunnews.com
Tarif parkir Jakarta terlalu murah, benarkah? Kompasianer Deliana Setia (http://www.kompasiana.com/delianasetia) mengatakan inilah faktor yang membuat warga Jakarta masih bertahan membawa mobil pribadi. Coba saja bandingkan dengan tarif parkir di kota besar yang ada di negara lain, sangat jauh berbeda.

Misalnya dengan Kuala Lumpur, Malaysia. Mereka menerapkan tarif 5 RM hingga 8 RM per jamnya. Jika 1 RM setara dengan Rp 3.200 maka tarif parkir di sana sekitar 26 ribu untuk satu jam. Begitu juga Singapura, tarif parkir di sana bisa mencapai 4 dollar Singapura atau setara 32 ribu perjamnya.

Memang butuh keberanian pemerintah untuk mencontoh kota besar tersebut. Tentu demi menekan jumlah pengguna kendaraan pribadi yang kini semakin besar dengan munculnya mobil-mobil murah di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun