ceritamu bukan lagi untuk siapa-siapa, Â
karena siapa-siapamu membeku bersama
waktu yang selalu menderamu dalam kesendirian
seperti sore yang menyisakan terik,
juga meninggalkan bayang yang sebentar
lagi tenggelam bersama matahari dan mata hatimu
serupa itulah siapa-siapamu
tidak berjejak
Mengapa engkau tak menjamah bayang itu
dan mengekalkannya dalam perasaan-perasaan jujurmu?
Mengapa engkau masih tersudut
pada keangkuhan dirimu,
padahal waktumu terus berputar?
Janganlah engkau sedemikian bisu
karena ceritamu
hanya lindap dalam puisi-puisi hati yang patah
dan tak akan pernah tiba
dengan selamat di beranda hatinya
serupa sore yang menyisakan terik
      hanya segaris bayang
      cuma siluet
      dan,
      itu
      sendiri
      sunyi