Ilustrasi solo traveling. travel.kompas.com
Akhir pekan telah tiba. Hari libur yang ditunggu-tunggu ini tentu bisa kita pergunakan untuk melepas lelah setelah satu minggu bekerja.
Ada banyak cara untuk melepas penat. Baik beristirahat di rumah bersama keluarga, atau bepergian ke tempat tertentu untuk menjernihkan pikiran. Nah tidak sedikit orang yang memilih bepergian di hari libur.
Namun ketika keluarga Anda sibuk dengan urusan masing-masing dan tidak ada seorang pun yang bisa menemani bepergian, maka solo traveling adalah solusi terbaik agar tetap bisa bepergian.
Solo traveling artinya bertualang sendirian, mencari objek dan menikmatinya. Tidak sedikit orang yang malah lebih menikmati solo traveling ketimbang group traveling.
Nah, berikut ini adalah cerita 10 Kompasianer tentang suka duka serta pengalaman mereka ketika melakukan solo traveling.
1. “Solo-Traveling”, Kenapa Tidak?
Marlistya Citraningrum seringkali ditanyai oleh teman temannya, mengapa sering keluyuran sendirian? Dan ia menjawab, ada beberapa alasan tapi yang paling sering adalah karena memang "terpaksa" melakukan solo traveling.
Menurutnya ada beberapa faktor yang membuat solo traveling lebih nyaman dari pada group traveling. Pertama menurutnya dengan berjalan-jalan sendiri kita tidak perlu banyak diskusi. Memang biasanya ketika kita akan memutuskan sesuatu, seringkali diskusi dengan teman malah berujung buntu.
Kedua, banyak bertemu teman baru. Karena tidak ada teman untuk berbincang, maka kita bisa punya lebih banyak waktu dan kesempatan untuk memulai pembicaraan dengan orang lain.
Ketiga, banyak waktu untuk mengamati dan bergaul dengan orang lokal. Misalnya ketika kita berada di sebuah daerah tertentu, kita bisa lebih banyak berinteraksi dengan penduduk daerah tersebut.