"Panic buying" rupaya tidak hanya terjadi ketika awal coronavirus melanda. Fenomena ini juga kerap terjadi ketika ragam sajian berbuka puasa dihidangkan di depan mata.
Ini adalah fenomena yang kerap terjadi, terutama pada awal-awal bulan suci Ramadan. Setelah seharian menahan lapar dan haus, godaan untuk mengambil penganan banyak-banyak pun tak terhindarkan.
Meski demikian, kebiasaan tersebut amatlah erat dengan perilaku konsumtif. Apalagi setelah berpuasa, kita tidak disarankan mengonsumsi makanan sebanyak itu. Ujung-ujungnya, kita hanya menghasilkan sisa makanan. Mubazir.
Lain cerita, perilaku ini juga terjadi di pusat perbelanjaan. Kebutuhan rumah tangga seketika terasa begitu berlimpah sehingga orang-orang berbelanja lebih banyak dari biasanya. Tak hanya kebutuhan pokok, tetapi juga pakaian dan pernak-pernik lainnya.
Bagaimana tanggapan Kompasianer mengenai perilaku lapar mata semacam ini? Mungkin Anda punya alasan sendiri atau malah mau mengimbau supaya kita menahan diri? Atau Anda adalah pengusaha yang merasakan kenaikan omset di bulan Ramadan?
Silakan tulis opini atau tips ala Kompasianer dengan menggunakan label Lapar Mata saat Ramadan (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Oia, jangan lupa ikuti juga Samber THR yha! Untuk tema harian dan mekanismenya bisa dilihat di sini!