Mohon tunggu...
Dewanti Nurcahyani
Dewanti Nurcahyani Mohon Tunggu... Editor -

Sukanya jalan-jalan dan fotografi. Kerjanya ngedit buku arsitektur dan buku anak, kadang jadi penulis. Penikmat fashion, "Clothes can boost my mood!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Blackberryku Sayang Blackberryku Hilang

1 Agustus 2013   09:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:45 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bersama tanah basah dan sisa gerimis Senin kemarin, tanggal 29 Juli 2013. Setiap apa yang terjadi memang sudah ada yang mengaturnya untuk terjadi, bukan karena aku pulang terlambat dari jam biasanya atau karena aku sedang pakai jaket hitam. Senin sore kemarin aku memang tidak pulang tepat jam pulang kantor karena hari hujan maka aku memilih untuk duduk-duduk di ruang tamu kantor bersama teman-teman lain yang juga menunggu hujan reda. Saat itu, seperti biasa, di sela-sela mengobrol dengan teman, aku asyik memainkan blackberry, sekadar mengecek sms, membalas bbm, atau membaca artikel-artikel di twitter. Malah, sempat, seorang teman yang duduk di bangku di hadapanku dengan sengaja memfoto diriku dan mengirimkan foto itu lewat pesan instan whastsapp.

Nasi sudah menjadi bubur sejak menjelang magrib di hari Senin kemarin. Blackberry-ku satu-satunya yang sudah terlihat tidak layak pakai itu hilang, entah di mana. Tidak perlu lagi mencari sebab untuk mengulas akibat yang sudah aku terima kini. Kronologi kejadiannya yang masih sangat jelas tergambar dalam ingatanku yaitu setelah duduk-duduk di sofa sambil menengok ke luar pintu dengan Blackberry di dalam saku jaket, aku memastikan hujan sudah reda atau belum, baru kemudian aku bersiap untuk pulang setelah hujan benar-benar berhenti. Di parkiran motor aku sempat agak lama, karena kemarin aku membawa laptop kantor yang isinya tugas-tugasku, sehingga sebelum menyalakan mesin motor aku memastikan kalau laptop itu sudah benar-benar aman dan tidak akan kena air hujan. Perjalanan pulangku, aku rasa cukup lama, karena aku mengendarai motor dengan sangat lambat. Aku pikir, sehabis hujan kalau aku mengendarai motor ngebut-ngebut, nanti bisa terjadi sesuatu yang buruk.

Musibah ya musibah, hilang ya hilang sudah. Mau dicari ke mana lagi kalau memang sudah hilang dengan tidak jelas, sulit untuk kembali. Setiba di rumah, saat aku sadar blackberry-ku tidak ada di saku, jelas aku panik, karena aku yakin betul cuma di situ aku menaruhnya sewaktu pulang kantor. Namun, apa mau dikata, saku jaketku memang tidak dalam dan berbahan licin. Ditambah tekstur jalanan yang aku lewati tiap pulang kantor itu geradakan atau tidak rata alias rusak. Apalagi di daerah kali yang arusnya deras. Akibat jalanan yang rusak itu, bisa jadi blackberry-ku tersembul dari saku kemudian jatuh. Aku masih berusaha mencari dari beberapa detik aku tiba di rumah dan sadar aku habis kehilangan. Hasilnya nihil. Sepanjang jalur pulangku, aku tidak menemukan apa-apa. Saat mencoba menelepon ke nomorku yang hilang itu juga sudah tidak aktif.

Sebenarnya kehilangan yang aku rasakan atas kejadian itu bukan soal materinya, tetapi lebih kepada sejarah perjalananku menggunakan blackberry itu. Kalau memang ada orang yang menemukannya di jalan, aku hanya ingin meminta data-data seperti simcard-ku, kontak semua teman yang tersimpan di situ, serta memory eksternalku kalau memang mau hapenya, aku bisa berikan kepada yang menemukan. Mungkin sedikit berlebihan, tetapi khawatir akan penyalahgunaan segala macam itu pasti aku rasakan. Dan sudah beberapa hari dari kejadian itu, nomorku belum juga bisa dihubungi. Entahlah, ada di mana, jatuh ke kali atau diambil orang. Aku harus ikhlas dan yakin semua akan baik-baik saja. Blackberry itu sekarang mungkin bukan rezekiku lagi dan banyak teman yang bilang akan ada ganti yang lebih baik. Selalu ada hikmah di setiap kejadian dan Tuhan menghendaki sesuatu terjadi tidak tanpa alasan.

Bye.. BB.. ‘Si buluk yang bandel’ :’)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun