Mohon tunggu...
Maswan Drs
Maswan Drs Mohon Tunggu... -

Hidup harus beribadah dan berkarya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keteladanan dalam Pendidikan Karakter

3 Desember 2015   06:32 Diperbarui: 3 Desember 2015   06:32 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keteladanan dalam Pendidikan Karakter

Oleh MASWAN
Dosen Unisnu Jepara, mahasiswa S3 Unnes Semarang

 

Istilah karakter dalam dunia pendidikan menjadi kata kunci dalam membangun kepribadian bangsa. Pemaknaan karakter dalam pendidikan sangat penting untuk diurai agar jelas corak dan motifnya. Terminologi sebuah karakter berarti ‘mengukir’.

Suatu ukiran adalah melekatkan suatu motif dengan torehan pahat yang dalam, hingga membentuk dimensi nilai artstik yang terkesan harmoni dan indah. Bekas ukiran atau pahatan di atas suatu benda, tidak mudah hilang. Menghilangkan motif ukiran sama halnya menghilangkan benda yang diukir.

Bagi manusia, yang diukir atau dibentuk karakternya sejak kecil akan terus membekas dan sulit dihilangkan. Oleh karenanya, kehidupan anak akan ditentukan bagaimana karakter tersebut dibentuk dalam kehidupan keluarganya. Jika motif-motif kehidupan yang ditorehkan pada anak sejak dini bernilai positif, maka akan menghasilkan karakter yang baik, begitu jiga sebaliknya, jika anak ditorehkan pada yang negatif akan memunculkan karakter jelek.

Dalam kamus al-Munawwi (Ahmad Warson Munawwir), Kamus Arab Indonesia yang sebenarnya, wujud dalam sebuah karakter pada perilaku kehidupan adalah tergambar pada akhlak, tabiat, watak, kebiasaan yang dibawa dari lingkungan di mana mereka hidup.

Selain itu menurut (Darma Kesuma; 2011), karakter merupakan nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk prilaku individu yang disebut karakter ini terus melakat sepanjang hayat. Oleh karena itu, tidak ada prilaku yang tidak bebas dari nilai. Hanya sejauhmana kita memahami nilai-nilai yang terkandung didalam perilaku indivindu yang memungkinkan dalam kondisi yang tidak jelas. Dalam arti bahwa nilai dari suatu perilaku sangat sulit dipahami oleh orang lain.

Imam al-Gazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, menerangkan bahwa karakter (akhlak-budi pekerti) adalah tingkah laku seseorang yang berasal dari hati yang baik. Al-Gazali beranggapan bahwa karakter adalah sesuatu yang bersemayam dalam jiwa, yang bentuk aktualisasinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa dipikirkan.

Dengan memahami konsep pendidikan karakter yang disebut di atas, kita tentu akan menjadi lebih sadar bahwa anak-anak kita agar menjadi manusia yang berkarakter haruslah kita didik da kita bimbing dengan nilai-nilai agama dan moral yang baik.

Kita tahu bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT dibekali berbagai potensi yang harus ditumbuh kembangkan, sehingga potesi tersebut sesuai dengan fungsi diciptakannya manusia itu sediri yaitu sebagai khalifatullah fil ardh, wakil Allah di muka bumi dalam rangka untuk memelihara alam dunia ini.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 30, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “sesungguhnya aku hendak menjadikan khalifah dimuka bumi” Mereka berkata “ Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah dimuka bumi sedangkan kami bertasbih, memujiMu dan menyucikan namaMu?” Dia berfirman “ Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Mencermati firman Allah di atas, kita sebagai pemimpin keluarga, pemimpin masyarakat dan pemimpin bangsa, maka wajib untuk mendidik anak-anak yang berkarakter membangun. Agar tugas hidup dalam membangun dunia ini menjadi damai dan sejahtera dapat terwujud, maka karakter yang ada dalam diri manusia perlu dikembangkan dalam pendidikan (pendidikan informal, formal dan non-formal), sehingga akan membentuk suatu sifat dan perilaku, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama manusia.

Jadi pembentukan karakter adalah keharusan dan bahkan menjadi tujuan diselenggarakannya pendidikan. Hal itu pula yang menjadi tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW ke tengah-tengah masyarakat jahiliyah, sebagaimana sabdanya dalam sebuah Hadist bahwa, ‘Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW di utus untuk menyempurnakan akhlak.’

Hal sebagaimana ditulis oleh Aminah Ahmad Hasan (1985), dalam Nazariyah al-Tarbiyah fi al-Qur’ān wa-Tatbiqātuha fi Ahdi Rasulillah SAW, bahwa; “Pendidikan karakter (akhlak) dalam Islam menekankan penanaman sikap dan perilaku yang baik pada diri individu, sehingga ia mampu berbuat baik bagi dirinya dan masyarakatnya. Hubungan individu dengan masyarakat dalam Islam, merupakan hubungan timbal balik, yang diikat oleh nilai dan norma etika, dengan istilah ‘il_qah rūhiyyah khuluqiyah’ (interaksi yang diikat oleh kode etik).

Untuk menuju pembentukan pendidikan berkarakter yang sekarang ini sudah menjadi tren, maka aktualisasinya harus dicari pola, strategi dan pendekatan yang sesuai. Kepada semua komponen bangsa, terutama para perencana dan praktisi pendidikan dalam menentukan konsep pendidikan Nasional untuk pencapaian pendidikan karakter menjadi harga mati yang tidak boleh ditawar-tawar lagi.

Oleh karena itu, untuk membentuk karakter anak dapat dilakukan dengan berbagai macam pendekatan, selain yang dijelaskan di atas, pembentukan karakter dapat dilakukan dengan sikap sebagai berikut: taat azas nilai agama dan moral, keteladanan, kemandirian, penanaman kedisiplinan, pembiasaan, menciptakan suasana yang kondusif dan sejenisnya.(*) (Sumber, Koran Muria 9 Mei 2015)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun