Mereka terus melangkah ke daerah yang lebih tinggi dengan susah payah, wajah mereka sudah penuh lumpur. Kaki mereka terus mencari-mencari pijakan yang keras untuk bisa terus melangkah.
Baca juga: Pencarian Korban Gempa Dilakukan di Perumahan yang Ambles karena Likuifaksi
“Kami juga melihat ternak yang sudah tak bergerak, terlihat hanya kepalanya saja,” ujar Anggun, adik Desi.
Pada suatu titik, mereka merasa lumpur makin cair. Tiba-tiba ada yang mengetahui arah mereka. Orang itu menyorotkan lampu senter ke arah mereka. Ia seorang pria yang bertahan di bubungan rumah yang ambruk.
“Jangan ke atas, di sini lumpur semuanya,” kata pria itu.
Mereka pun berpaling arah, mencari bagian yang keras.
Mereka sempat menemukan seorang perempuan tua yang diam dalam genangan lumpur, hanya leher dan kepalanya yang terlihat. Mereka berusaha menolong dengan mengajak jalan.
“Biarlah nenek di sini, nenek sudah tua dan tak mampu berjalan. Jalanlah mencari tempat yang baik,” kata nenek tersebut.
Nenek itu sudah menetapkan pilihannya untuk diam dalam lumpur.
Nani dan keluarganya pun meneruskan perjalanan dengan perasaan sedih. Mereka banyak menjumpai orang-orang yang sudah kelelahan, diam terpaku.
Tanah Keras
Malam makin larut, dinginnya lumpur itu lama-lama mereka tak rasakan lagi. Semangat mencari keselamatan terus bergelora, hingga akhirnya mereka menemukan tanah yang keras.