Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siklus Natal dan Kelahiran Kita

24 Desember 2017   20:15 Diperbarui: 24 Desember 2017   21:11 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siklus Natal dan Kelahiran Kita

INI catatan yang tidak lazim tentang Natal. Ini bukan catatan tentang kandang domba, orang Majus dari Timur, Tuhan yang turun ke dunia, juga bukan tentang makna keselamatan Tuhan pada manusia.

Ini hanya catatan kecil seorang pejalan hina dina yang termenung mencari “jalan pulang” di tengah gelapnya malam yang bertaburan bintang-bintang.

Apa artinya Natal yang dirayakan setiap tahun? Alur tulisan ini bakal melenceng dari apa yang Anda bayangkan tentang Natal.

Banyak yang bicara soal makna kelahiran Yesus di dunia. Barangkali hanya sedikit yang bertanya tentang apa makna kelahiran kita di dunia.

Natal Yesus

Secara defacto, Natal tentu saja bukan hari-H kelahiran Yesus.  Kapan persisnya Yesus lahir tidak ada yang tahu. Kitab Suci tidak mencatatnya.

Kitab Suci agama Kristen ditulis jauh setelah Yesus wafat. Sebelumnya, ajaran Yesus diturunkan diam-diam dalam tradisi lisan.

Selain itu, di masa-masa awal kekristenan, perayaan hari lahir bukan sebuah kelaziman. Jadi, tidak ada yang berkepentingan mencari tanggal persis kelahiran Yesus.

Tradisi perayaan hari kelahiran Yesus dimulai di era Kaisar Konstantinus di abad ke-4 Masehi ketika Kristen resmi menjadi agama kerajaan Romawi.

Lantas, kalau tidak pernah ada yang tahu kapan persisnya Yesus lahir, kenapa hari kelahirannya dirayakan pada tanggal 25 Desember menurut kalender Masehi?

Tanggal 25 Desember adalah simbol. Ada sejumlah versi tentang kenapa dipilih tanggal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun