Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ilmuwan Pakai Gelombang Suara untuk Lacak MH370 dan Ini Hasilnya

8 November 2017   20:30 Diperbarui: 8 November 2017   21:16 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KOMPAS.com- Harapan baru untuk menemukan keberadaan bangkai pesawat Malaysia Airlines MH370 muncul. Para ilmuwan mempelajari gelombang suara-gravitasi di lautan untuk mendeteksi lokasi secara tepat keberadaan bangkai pesawat tersebut.

Usama Kadri, ilmuwan senior di Massachusetts Instutute of Technology (MIT), menjelaskan terobosan terbarunya dalam pencarian bangkai pesawat itu dalam publikasinya di jurnal Scientific Reports minggu ini.

Pesawat MH370 yang hilang [ada 8 Maret 2014 lalu sampai kini masih misteri. Sejumlah metode penemuan diterapkan, beragam pbyek diduga sebagai bangkai pesawat itu, tetapi belum ada kepastian.

Dalam publikasinya, Kadri meyakini, bila pesawat jatuh ke laut, maka puingnya mengasilkan gelombang suara-gravitasi, gelombang suara khusus yang bisa menembus kedalaman lautan. Gelombang tersebut memunculkan pola unik yang direkam dengan alat hidrofon.

Baca Juga: Misteri Siulan di Lautan Karibia yang Terdengar Hingga Luar Angkasa

Kadri dan rekannya awalnya melakukan eksperimen dengan menjatuhkan 18 benda bulat dalam tangki berisi air. Mereka lalu merekam gelombang suara-gravitasi dengan hidrofon dan membuat pemodelan penyebarannya.

Berdasarkan eksperimen itu, Kadri mengembangkan perhitungan matematis yang didasarkan pada pola, arah gerak, dan kecepatan gelombang suara-gravitasi. Dari situ, dia lantas mulai mendeteksi MH 370.

Kadri awalnya mengolah data tiga rekaman hidrofon milik Organisasi Pernjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir di wilayah pesisir barat Australia. Dia hanya fokus pada periode waktu 2 jam saat MH 370 dipercaya jatuh.

Kadri menemukan dua sinyal lemah dengan analisisnya. Sinyal pertama merujuk pada tumbukan yang terjadi pada jarak 500 kilometer. Kalau begitu, pesawat harus terbang dengan kecepatan lebih dari 3.300 km/jam selama 9 menit. Itu tidak mungkin.

Sinyal kedua berasal dari tumbukan yang terjadi terjadi lebih dekat dengan lokasi kecelakaan. Waktu kejadiannya diduga 1 jam  setelah kontak terakhir MH370. Meski demikian, sinyal itu diduga bukan dari MH370 tetapi dari meteorit. Jadi, MH370 masih misteri.

Baca juga: Danau dalam Lautan Ini Akan Membunuh Siapa Pun yang Menyelaminya

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun