Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Mengenang Tirto Utomo, Bapak AMDK Indonesia

24 September 2022   06:14 Diperbarui: 24 September 2022   06:16 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenang Tirto Utomo, Bapak AMDK Indonesia (gambar: tribunnews.com)

Maklum saja, perut orang asing tidak terbiasa dengan air tanah yang dimasak. Di negara mereka, air minum telah melalui proses sterilisasi. Saat itu Tirto baru sadar jika air minum adalah masalah di Indonesia.

Raymond Todd, ketua delegasi perusahaan AS tersebut kemudian menjadi mentornya. Dari Raymond, Tirto mengenal konsep AMDK yang sudah terlebih dahulu ada di AS. Bagi Tirto, itu adalah peluang bisnis hebat yang patut ditindak lanjuti.

Berbekal modal 150 juta rupiah, Tirto bersama adiknya Slamet Utomo mulai menjajaki peluang tersebut. Sebuah perusahaan AMDK di Thailand yang sudah beroperasi selama 16 tahun menjadi kiblatnya.

Tanggal 23 Februari 1973 adalah tonggak bersejarah bagi Tirto dan juga bangsa Indonesia. PT. Agua Golden Mississippi berdiri di Bekasi. Pabrik AMDK pertama di Indonesia.

Dengan total karyawan sebanyak 38 orang, Tirto berhasil memproduksi 6 juta liter Air Minum dalam kemasan botol kaca selama setahun. Pemilihan nama Aqua sendiri atas saran dari Eulindra Lim, seorang konsultan asal Indonesia di Singapura.

Pemilihan nama Aqua bukan sembaragan. Aqua dalam bahasa latin berarti air. Nama tersebut juga mudah diucapkan, sehingga lebih gampang dipasarkan.

Tirto langsung menyetujuinya untuk alasan pribadi. Bunyi fonetik Aqua mirip dengan A-kwa yang merupakan nama pena Tirto semasa masih menjadi wartawan.

Produk pertama Aqua resmi diluncurkan pada Oktober 1974. Saat itu proses produksinya belum seperti sekarang. Sumber air berasal dari sumur bor besar di Bekasi. Proses sterilisasinya juga masih sederhana. Disaring dengan cara konvensional tanpa melalui proses canggih.

Tiga tahun pertama adalah masa sulit bagi Tirto dan Slamet. Mengubah persepsi masyarakat Indonesia dibutuhkan kerja keras yang tidak sedikit.

Bagi masyarakat Indonesia, minuman dalam kemasan identik dengan minuman berkarbonisasi. Coca-cola merajai pasaran dan Green Spot sedang naik daun. Pada layer kedua ada minuman sirup lokal. Itupun dibuat dalam bentuk konsentrat yang harus dicampur lagi dengan air untuk meminumnya.

Jelas menjual air minum tanpa rasa, tanpa warna adalah ide gila. Belum lagi harga yang ditawarkan juga tidak masuk akal. Rp75 per liter lebih mahal dari harga BBM saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun