Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kiamat ATM Sudah Dekat, Bagaimana Nasib Uang Kartal?

3 Agustus 2022   05:17 Diperbarui: 3 Agustus 2022   05:37 2077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiamat ATM Sudah Dekat, Bagaimana Nasib Uang Kartal? (gambar: history.com)

Statistiknya mencengangkan, transaksi cash turun. Dari 40% sisa 13% saja. Artinya, 67% warga Swedia sudah beralih menjadi cashless society.

Untungnya ada kabar baik. Kendati transformasi menjadi cashless society sudah berlangsung masif di Swedia, pemerintah setempat malah deg-degan. Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi kekhwatiran. Para manula dan juga imigran yang tinggal di pinggiran menjadi kaum terkucil. Tidak bisa berbelanja meskipun memiliki uang di tangan.   

Isu ini akhirnya membuat pemerintah Swedia harus turun tangan lagi. Para anggota parlemen kemudian mendesak pemerintah untuk mengeluarkan aturan yang lebih ramah kepada sistem keuangan konvensional.

Di Australia juga demikian, berdasarkan artikel dari conversation.com, survei yang dilakukan oleh Bank Sentral Australia menyatakan bahwa sekitar seperempat dari penduduk Australia masih merupakan pengguna tunai.

Mereka adalah kaum manula, keluarga dengan pendapatan rendah, dan masyarakat yang tinggal di area terpencil yang belum memiliki jangkauan internet yang memadai.

Dengan kejadian ini, saya lantas berpikir. Kemajuan teknologi keuangan telah menumbuhkan masyarakat non-tunai. Thus, fenomena ini berbanding linear dengan kemajuan sebuah negara.

Nyatanya, tidak sepenuhnya benar. Ada contoh unik dari Zimbabwe.

Pada tahun 2008, negara di Afirka ini mengalami krisis keuangan yang benar-benar parah. Inflasi meroket hingga 231.000.000%. Uang Zimbabwe sudah tidak lagi berharga.

Pada tahun 2009, pemerintah setempat kemudian mengambil langkah ekstrim. Tidak lagi memberlakukan mata uang Zimbabwe. Sebagai gantinya mata uang asing-lah yang menjadi alat tukar yang sahih.

Proses "Dolarisasi" ini berhasil. Ekonomi Zimbabwe lambat laun memulih. Tapi, masalah baru muncul kembali. Negara kekurangan mata uang asing. Akibatnya, uang yang beredar hanya digunakan untuk berbelanja saja. Jika masih ada kelebihan, warga lokal menyimpannya di rumah, tidak disetor ke bank.

Pada 2014, pemerintah Zimbabwe keluar dengan sebuah solusi brilian. Mengubah Zimbabwe menjadi cashless society. Tidak ada dollar tidak apa-apa. Semua saldo tercatat pada aplikasi dan bisa digunakan untuk berbelanja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun