Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisah Pengkhianat Tionghoa yang Suka Cina

2 Juli 2022   06:19 Diperbarui: 2 Juli 2022   06:23 5027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ong Tjong Hay, Pengkhianat Tionghoa yang Suka Cina (sumber: nasional.tempo.co)

Saya lalu mencoba mengulik dari dua perspektif yang berbeda. Di satu sisi, nasionalisme Sindhunata tidak bisa diragukan lagi. Tapi pada sisi yang lainnya, menghilangkan kebudayaan adalah hal yang sia-sia.

Kebudayaan itu tidak akan pernah hilang. Kalaupun tidak lagi berada di Indonesia, masih banyak orang Tionghoa di seluruh dunia. Hanya masalah waktu bagi para keturunan Tionghoa Indonesia untuk menyerapnya.

Bagaimana dengan penggunaan kata Cina?

Untuk yang satu ini, saya harus mengaku salah. Sebabnya lidahku telah terbiasa mengucapkannnya selama berpuluh-puluh tahun. Tidak heran jika Om Jiming selalu misuh-misuh padaku. Padahal ia juga tahu, tidak mungkinlah aku menghina darah leluhurku.

Begitu pula dengan karyawan-karyawanku. Kadang mereka selip lidah. "Langganan Cina, Koh." Sesaat kemudian baru mereka sadar jika bosnya adalah orang Cina.

Menanggapi situasi canggung seperti itu, aku langsung menetralkan suasana, "iya, kasih saja si Cina potongan harga grosir." Tidak ada hinaan, umpatan, atau ejekan.

Baca juga: Aku Cina Karena Aku Indonesia

Tapi, tetap saja Om Jiming marah-marah.

Kekurangan saya mungkin belum lahir saat negeri ini sedang getol-getolnya melarang segala sesuatu yang berbau Cina. Menurut papa saya, suasana saat itu cukup mencekam.

Para murid-murid sekolah diusir oleh tentara bersenjata lengkap. Warga keturunan mendapat tekanan, beberapa sampai harus mengungsi. Tidak heran jika hal tersebut menjadi sebuah pengalaman pahit bagi Om Jiming.

Tapi saya juga pernah mengalami tindakan diskriminatif. Diteriaki Cina hingga ditempeleng. Sebabnya enteng, saya keselip berbahasa Cina di sekolah. Pak guru tidak bisa menerima itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun