Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alasan Hokkien Menjadi "Bahasa Persatuan" Tionghoa Medan

22 Desember 2021   10:44 Diperbarui: 22 Desember 2021   11:17 2888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tingginya mobilitas para pedagang Hokkien ini juga memberikan pengaruh tidak langsung bagi para imigran Tionghoa di berbagai tempat, termasuk di Medan.

Pada abad ke-19, Medan yang dulunya bernama Tanah Deli adalah pusat perkebunan tembakau. Pemerintah kolonial Belanda kemudian turut bertanggung jawab untuk pembangunan ekonomi di sana.

Pembangunan pusat pemerintahan hingga rel kereta api memerlukan jaringan orang Tionghoa sebagai pemasok keperluan, komoditas, dan kuli kontrak yang berpengalaman.

Adalah keluarga Tjong A Fie, saudagar terkenal dari Medan. Ialah yang memiliki kedekatan dengan para pesohor dari Penang. Jadilah ia menjadi penguasa swasta lokal.

Jejak-jejak kemahsyuran Tjong A Fie ini masih bisa ditemukan di Jalan Ahmad Yani, Medan dalam bentuk rumah dua lantai.

Meskipun dari berasal dari suku Hakka, namun dalam kesehariannya, Tjong A Fie dan keluarganya telah terbiasa menggunakan dialek Hokkien. Hal ini penting untuk menjaga kedekatan jaringan dengan para bos-bos dari Penang.  


Ditambah lagi dengan berkembangnya ekonomi di Medan, tidak sedikit pula para keturunan Hokkien dari Penang dan berbagai tempat di Malaya yang hijrah ke Tanah Deli ini.

Dengan sendirinya, Kota Medan menjadi "medan pertempuran" yang sengit di antara para pedagang yang hebat. Menurut saya, faktor sejarah ini yang sedikit-banyak telah mempengaruhi etos kerja para pedagang Tionghoa Medan.

Selain Tjong A Fie, adalagi beberapa nama besar orang Tionghoa yang berasal dari rumpun yang sama. Sebutkanlah; 1) Khoe Tjin Tek (1876-1896), Cheah Soon Heng (1848-1912), Yew Say Kheng (-1930), Cheah Choo Yew (1841-1931), Khoo Cheow Teong (1840-1916), dan Quah Beng Kee (1872-1952).

Kamu, kamu, dan kamu bisa menyusur rekam jejaknya di dunia maya. Betapa pengaruh mereka ternyata sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara, terkhusus di Malaya dan Sumatera.  

Dan yang terpenting, para tokoh ini telah setuju (tanpa formalitas) untuk menggunakan dialek Hokkien Chang-cow sebagai "bahasa pemersatu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun