Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ini 8 Fakta Coto yang Bukan Soto

11 September 2021   19:35 Diperbarui: 11 September 2021   19:35 2036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
9 Fakta Coto yang Bukan Soto (mediasulsel.com)

"Apa bedanya Soto dan Coto? Satunya pake daging sapi, satunya lagi pakai daging capi."

Ini adalah lelucon yang tidak lucu. Penyebabnya adalah huruf C pada Coto yang hampir mirip soto. Lagi pula sekilas hampir mirip. Sama-sama berkuah dan berisi daging.

Sebagai orang Makassar, saya tetap menganggapnya berbeda. Bukan hanya masalah pengejaan, tapi coto memang tidak ada duanya. Coto tidak berasal dari rumpun makanan soto-sotoan manapun.

Jika masih ada yang ngotot, marilah kita melihat beberapa faktanya;

Fakta 1:

Episentrum pertama coto berasal dari kerajaan Gowa. Awal kemunculannya sudah lama sekali, sejak abad ke-16. Sementara penyebaran soto baru teridentifikasi pada awal abad ke-19 di pesisir pantura.

Fakta 2:

Coto tidak pernah "menginfeksi" ayam. Sementara di mana ada soto, maka para ayam akan bersiap-siap menunggu ajal. Sementara coto lebih senang dengan sapi atau kerbau.  Bahkan di daerah Jeneponto dan sekitarnya, kuda sudah biasa dijadikan coto. Sementara soto kuda, rasanya tidak mungkin ya?

Meskipun kedua varian ini sama-sama berasal dari China yang memiliki nama asli Chau-to, tetapi coto tidak pernah menyentuh babi. Sementara, konon para pedagang kuliner China yang mulai berdagang di Jawa awalnya menggunakan daging babi sebagai bahan daging pada soto.

Fakta 3:

Perbedaan yang lebih nyata bisa terlihat pada kuah. Varian soto menampakkan warna kekuning-kuningan, sementara coto lebih pekat dan kecoklatan.

Hal tersebut disebabkan oleh kandungan bahan dari keduanya. Soto menggunakan kunyit sebagai bahan utama, sementara varian coto menggunakan lebih dari 40 jenis rempah berbeda. Soto tidak sebanyak itu.

Fakta 4:

Dalam KBBI, coto didefenisikan sebagai sup khas Makassar dari jeroan dan potongan daging sapi atau kerbau. Jelas kata "khas Makassar" mengidentifikasi bahwa varian coto tidak sejahat soto. Mengapa? Karena varian ini hanya menyebar pada orang-orang Makassar saja.

Sementara, soto ayam dengan segala turunannya memiliki daerah episentrum yang lebih luas. Ada soto lamongan, soto kudus, soto pekalongan, soto wonogiri, dan soto-soto lainnya dengan inisial tempat di seluruh Jawa. Belum lagi penyebaran ke pulau lain. Ada soto madura, soto medan, hingga soto banjar.

Fakta 5:

Jika kita membuka thesaurus, soto memiliki kelompok kata yang sama dengan makanan berkuah lainnya; bakso, semur, opor, gulai, kalio, dan rawon. Tapi, coto tidak termasuk di dalamnya.

Ternyata eksklusifitas coto pun jelas tertera dalam ilmu bahasa Indonesia.

Fakta 6:

Dari sisi penyajian, soto biasanya dihidangkan bersama telur dan kerupuk. Coto tidak, aneh rasanya. Nasi putih juga menjadi penyerta wajib dalam menikmati soto. Sementara makan coto lebih pas dengan ketupat, buras, atau lontong.

Fakta 7:

Karena aromanya yang harum menyengat, ada istilah garring coto. Artinya adalah "sakit coto." Konon bapakmu dulu kalau sedang flu dan demam, maka coto bisa menjadi obat.

Sementara konotasi garring coto juga bisa berarti rindu coto. Jika badan sedang lesu, tak bertenaga, dan pikiran sedang buyar, maka makanlah coto. Segala jenis penyakit akan pergi cepat. Soto tidak mengenal dikotomi seperti itu.

Fakta 8:

Soto disantap pada saat makan pagi, siang, atau malam. Tersebab ia masuk dalam kategori makanan "berat." Sementara coto yang disajikan dalam mangkuk kecil biasanya disantap di antara jam makan.

Asal usul Coto:

Alkisah suatu hari, ada seorang koki kerajaan Gowa yang bernama Toak. Ia adalah spesialis makanan yang berbahan kerbau. Seiring waktu berjalan, Toak merasa sayang dengan jeroan-jeroan yang dibuang percuma.

Akhirnya dengan keahlian yang dipelajari dari koki China, Toak pun memanfaatkan daging jeroan dengan menciptakan kuah dengan aroma yang tajam. Tujuannya agar jeroan tidak amis terasa.

Toak memiliki budi luhur. Satu-satunya alasan mengapa ia menciptakan coto, karena ia tidak tega dengan sisa makanan yang bisa dimanfaatkan. Masih banyak rakyat kecil di luar sana yang kelaparan.

Namun, Toak sendiri tidak menyangka jika coto buatannya memiliki aroma yang luar biasa enak. Hingga suatu hari, ia memberanikan diri menyajikan coto ke hadapan sang raja.

Raja menyukainya, dan sejak saat itu coto resmi masuk dalam deretan masakan para anggota kerajaan dan bangsawan Gowa.

**

Sampai di sini, masihkah kita menganggap coto adalah soto yang kehilangan "s"? Tidak sobat, coto adalah coto, dan soto adalah soto. Tidak sama dan tidak bisa disamakan.

Dengan demikian jelas! Coto bukanlah soto.

Oh ya satu lagi, jika ternyata memang sajian makanan berkuah berasal dari ide makanan Chao-to, maka secara etimologi, telinga orang Makassar lebih peka terhadap dialek China. Kata Chao-to jelas lebih mirip Coto, daripada Soto.

Dan yang lebih penting, melihat perbedaan usia eksistensi di antara keduanya, bisa saja soto adalah mutasi dari coto.

Lantas mengapa namanya bisa menjadi (s)oto?

Karena jika Cotho, maka kasusnya akan sama dengan pengalaman Kompasianer Susy Haryawan.

Suatu waktu ia sedang lapar. Ingin masak, tetapi bahan makanan pas habis. Lantas datanglah Mba Siti Nazarotin yang baik hati. Ia berjanji untuk mengirim makanan buat Om Susy.

Setelah ditunggu berjam-jam lamanya, makanan yang dijanjikan pun tiba. Tapi, tidak bisa dimakan, sebabnya dalam bentuk virtual. "Jan cotho nek ngene."

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun