Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ini 8 Fakta Coto yang Bukan Soto

11 September 2021   19:35 Diperbarui: 11 September 2021   19:35 2036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
9 Fakta Coto yang Bukan Soto (mediasulsel.com)

Sementara, soto ayam dengan segala turunannya memiliki daerah episentrum yang lebih luas. Ada soto lamongan, soto kudus, soto pekalongan, soto wonogiri, dan soto-soto lainnya dengan inisial tempat di seluruh Jawa. Belum lagi penyebaran ke pulau lain. Ada soto madura, soto medan, hingga soto banjar.

Fakta 5:

Jika kita membuka thesaurus, soto memiliki kelompok kata yang sama dengan makanan berkuah lainnya; bakso, semur, opor, gulai, kalio, dan rawon. Tapi, coto tidak termasuk di dalamnya.

Ternyata eksklusifitas coto pun jelas tertera dalam ilmu bahasa Indonesia.

Fakta 6:

Dari sisi penyajian, soto biasanya dihidangkan bersama telur dan kerupuk. Coto tidak, aneh rasanya. Nasi putih juga menjadi penyerta wajib dalam menikmati soto. Sementara makan coto lebih pas dengan ketupat, buras, atau lontong.

Fakta 7:

Karena aromanya yang harum menyengat, ada istilah garring coto. Artinya adalah "sakit coto." Konon bapakmu dulu kalau sedang flu dan demam, maka coto bisa menjadi obat.

Sementara konotasi garring coto juga bisa berarti rindu coto. Jika badan sedang lesu, tak bertenaga, dan pikiran sedang buyar, maka makanlah coto. Segala jenis penyakit akan pergi cepat. Soto tidak mengenal dikotomi seperti itu.

Fakta 8:

Soto disantap pada saat makan pagi, siang, atau malam. Tersebab ia masuk dalam kategori makanan "berat." Sementara coto yang disajikan dalam mangkuk kecil biasanya disantap di antara jam makan.

Asal usul Coto:

Alkisah suatu hari, ada seorang koki kerajaan Gowa yang bernama Toak. Ia adalah spesialis makanan yang berbahan kerbau. Seiring waktu berjalan, Toak merasa sayang dengan jeroan-jeroan yang dibuang percuma.

Akhirnya dengan keahlian yang dipelajari dari koki China, Toak pun memanfaatkan daging jeroan dengan menciptakan kuah dengan aroma yang tajam. Tujuannya agar jeroan tidak amis terasa.

Toak memiliki budi luhur. Satu-satunya alasan mengapa ia menciptakan coto, karena ia tidak tega dengan sisa makanan yang bisa dimanfaatkan. Masih banyak rakyat kecil di luar sana yang kelaparan.

Namun, Toak sendiri tidak menyangka jika coto buatannya memiliki aroma yang luar biasa enak. Hingga suatu hari, ia memberanikan diri menyajikan coto ke hadapan sang raja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun