Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sejarah Kostum Tim Sepak Bola Inggris, Dari Baju Bekas hingga Jahit Sendiri

10 September 2021   20:21 Diperbarui: 10 September 2021   20:24 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terjadi jika sekumpulan kutu buku mengikuti kejuaraan sepak bola? Itulah yang terjadi pada diriku sewaktu masih duduk di bangku SMA

Kelas II Fisika sudah tidak mungkin juara. Mana ada "anak pintar" yang jago main bola? Begitulah kira-kira.

Tapi, menjadi juara memang bukan tujuan mengikuti laga. Adalah kostum yang lebih penting dalam penyelenggaraan even akbar itu.

Di zaman bapakmu, kostum sepakbola belum dijual di toko-toko olahraga. Semuanya harus dijahit, mahal pula. Akhirnya para pemain sepak bola menyiapkannya sendiri-sendiri.

Bagi kelas II Fisika, tidak terlalu susah. Warna putih telah disepakati. Jadilah oblong bekas kakek, hingga kaos produk iklan jadi pilihan. Yang penting seragam.

Kelihatan lucu? Iya sih.

Namun, siapa yang menyangka jika apa yang dialami oleh tim kelas kami juga pernah dilalui oleh sebagian tim besar sepak bola dunia.

Adalah Queen's Park Rangers (QPR). Zaman dulu, mereka masih amatiran, tapi sudah memiliki prinsip yang kuat. Sponsor dilarang karena sepak bola dianggap sebagai sesuatu yang terhormat.  

Para pemain harus mengusahakan kostumnnya sendiri-sendiri. Repotnya, pihak manajemen tegas meminta motif garis horizontal biru.

Ditambah lagi, pada abad ke-19 belum ada toko yang menjual seragam sepak bola. Akibatnya, pemain tampil dengan keberagaman garis biru putih versi masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun