Di salah satu sudut, Dooley mewawancarai seorang pria dewasa pelanggan JK. Ia mengaku jika gadis berseragam terlihat cantik dan juga "gila." Kawai yang seharusnya imut tiada bedanya dengan seksi.
"[...] orang luar mungkin menganggap ini menjijikkan, tapi tidak bagi orang Jepang. Mereka mengerti mengapa pria dewasa ingin berkencan dengan gadis sekolah. Sulit dijelaskan...,"Â pungkas lelaki yang diwawancarai.
Seorang gadis JK juga diwawancarai oleh Dooley. Ia baru berusia 17 tahun, berwajah menarik khas keimutan gadis Jepang.
Sang gadis kecil mengaku bisa melayani nafsu lima hingga enam lelaki hidung belang dalam sehari. Ini belum termasuk belasan lelaki lainnya yang hanya mau sekedar ditemani.
Dalam seminggu, ia bekerja tiga kali sehari. Dan sang gadis JK masih bersekolah!
Sang gadis memang melakukannya dengan penuh kesadaran dan suka rela. Tapi, ada kisah pahit lainnya.
Beberapa lagi mengaku jika mereka pernah dipaksa mesum di berbagai tempat umum. Ada juga yang mengaku pernah diculik dan dibawa ke rumah si pelanggan dan kemudian diperkosa.
Hasil investigasi Dooley memberikan kenyataan pahit. Ada kurang lebih 300 kafe JK di Jepang yang memperkerjakan sekitar 5.000 gadis kecil. Ketir memang.
Tapi, itulah yang terjadi di Jepang...
Kenyataan semakin miris dengan nasib gadis-gadis kecil tersebut. Sebagian besar aktivitas mereka tidak diketahui oleh keluarga dan orang-orang terdekat.
Akibatnya, mereka kerap menjadi korban eksploitasi dan perdagangan manusia. Produksi film porno di Jepang memang legal. Tak heran jika ia menjadi negara produsen film porno terbesar di dunia.