Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksploitasi Seks "JK" dan Gairah Perintis Grup Idol 48

1 Agustus 2021   04:30 Diperbarui: 1 Agustus 2021   07:31 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
japanesestation.com

Pertama karena permintaan. Kawai sudah terlanjur populer. Bisnis sudah semakin besar. Sudah banyak pula pelajar yang terjebak.

Kedua, faktor budaya. Cara orang Jepang melihat konsep seksualitas sangat dipengaruhi oleh tradisi dan kepercayaan Shintoism.

Seks bukanlah kejahatan bagi masyarakat Jepang, tapi semacam panggilan alam. Wajar untuk dipenuhi dan diperbincangkan, selama tidak menyakiti sesama manusia.

Baca juga: Jepang Negara Vulgar, Tapi Banyak yang Jijik dengan Seks

Ketiga, masalah klasik. Sebagaimana alasan yang sering ditemukan dari wanita yang terjerumus, tiga alasan klasik ini mendominasi; 1) masalah finansial, 2) pergaulan bebas, dan 3) kesenangan sendiri.

Keempat, masalah hukum. Di Jepang, menggauli anak di bawah umur memang adalah tindak pidana. Tapi, tidak ada aksi tegas dalam pemberantasan.

Dikutip dari sumber (boombastis.com), salah satu penyedia jasa JK ada yang bersebelahan dengan kantor polisi. Para pelaku sindikat bisnis JK sangat lihai dalam mengelabui hukum. Gila memang.

Tapi, itulah yang terjadi di Jepang...

Dalam bisnis JK, seragam sekolah adalah hal yang penting. Ia adalah simbol seksual bagi para pencinta Kawai.

Bisa saja "kelainan seksual" ini sudah lama terpendam. Namun, semuanya dimulai sekitar tahun 90an.

Adalah tren buru-sera yang melibatkan siswi-siswi sekolah menjual pakaian mereka yang belum dicuci. Termasuknya adalah seragam sekolah, baju renang, dan daleman.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun