Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemicu Bom Atom Itu Bernama Barisan Maut Bataan

16 Mei 2021   09:37 Diperbarui: 16 Mei 2021   09:51 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemicu Bom Atom itu Bernama Barisan Maut Bataan (military.com)

Banyak yang mengira jika serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki adalah bentuk balas dendam Amerika Serikat kepada Jepang atas serangan Pearl Harbour.

Ternyata bukan itu. Adalah tragedi Barisan Maut Bataan yang menjadi pemicu utamanya. Kekejaman perang yang dilakukan oleh tentara Jepang membuat militer Amerika yang terbiasa superior, mencapai titik terendahnya.

Yang membuat Jepang sebagai musuh yang berbeda adalah kekejamannya selama perang berlangsung. Mulai dari Jugun Ianfu hingga Romusha. Namun, apa yang terjadi di Filipina merupakan sebuah kisah kejahatan perang yang lebih mengerikan.

Beberapa saat setelah Pearl Harbour diserang, pasukan Jepang memutuskan untuk menyerang Filipina. Amerika sadar bahwa pertahanan militernya di negeri tersebut belumlah siap untuk pertempuran terbuka.

Mereka kekurangan personil militer. Baik dari sisi jumlah maupun pengalaman. Yang bisa mereka lakukan hanyalah menunggu. Strateginya, jika Filipina diserang, maka mereka akan mundur ke Semenanjung Bataan, dekat Manila sambil menunggu bantuan tambahan dari Angkatan Laut Amerika.

Sayangnya strategi ini disusun sebelum Pearl Harbour mendapat serangan. Kapal perang bantuan yang mereka harapkan tidak pernah muncul. Sudah jatuh ke dasar laut di kepulauan Hawaii.

Barisan Maut Bataan (allthatsinteresting.com)
Barisan Maut Bataan (allthatsinteresting.com)
Tentara Jepang yang lebih siap dengan mudah menembus pertahanan pasukan Amerika di teluk Lingayen. Jepang menduduki Manila dan memaksa pasukan Amerika-Filipina mundur ke Semenanjung Bataan.

Selama tiga bulan, tentara gabungan Sekutu dan Filipina masih bertahan dan mampu meladeni pertempuran sengit di bawah komando Jenderal Wainwright. Namun, pertarungan mengesankan tersebut harus berakhir setelah pasukan Jepang menambah kekuatan milternya.

Puncaknya ketika benteng pertahanan dikepung oleh pasukan Dai-Nippon dari segala arah. Kekuatan gabungan pasukan Amerika dan Filipina akhirnya menyerah.

Sekitar 75 ribu tentara kemudian menjadi tawanan perang Jepang. Mereka sudah berada dalam kondisi lemah akibat kekurangan gizi dan menderita penyakit tropis.

Sebagai pemenang, pasukan Jepang bermaksud untuk mengevakuasi tahanan ke kamp tahanan Cabanatuan yang berlokasi sekitar 131 kilometer dari daerah pertempuran.

Namun, tentara Jepang tidak siap. Jumlah tahanan terlalu banyak. Tidak memadai dengan suplai makanan, air, obat-obatan, dan transportasi. Akhirnya sebuah keputusan besar pun diambil.

Para tawanan dipaksa berjalan kaki menempuh jarak 131 kilometer. Melewati rute yang tidak ringan. Hutan lebat dan Kawasan pegunungan. Diperparah dengan musim hujan tropis yang menerjang Filipina pada saat itu. Terik matahari, angin kencang dan hujan lebat datang silih berganti.

Jadilah perjalanan yang dikenal sebagai Bataan Death March atau Barisan Maut Bataan dimulai. Para tawanan tidak diberikan makanan dan minuman yang cukup. Mereka hanya disuruh minum dari air kubangan kerbau.

Barisan Maut Bataan (britannica.com)
Barisan Maut Bataan (britannica.com)
Yang lemah dipaksa untuk bangkit dengan pukulan, dan tusukan bayonet. Yang parah ditembak atau terkadang dipenggal.

Letkol William Dyess dalam memoarnya; "Bataan Death March: A Survivor's Account," mengisahkan bagaimana ia melihat seorang tawanan yang berpangkat Kolonel dicambuki, hingga wajahnya rusak parah. Juga seorang berpangkat kapten yang tiba-tiba dipenggal tanpa ditahu apa alasannya.

Beberapa ahli sejarah menyimpulkan bahwa siksaan yang diterima oleh para tawanan juga berhubungan dengan kondisi psikologis tentara jepang.

Pertama, mereka menganggap tentara sekutu sebagai musuh utama, sehingga ada aksi balas dendam, meluapkan kemarahan selama perjalanan maut berlangsung.

Kedua, adanya budaya Jepang yang mengharamkan penyerahan diri. Harakiri adalah contoh bagaimana tentara Jepang lebih suka mengakhiri hidupnya ketimbang harus menyerah kepada musuh.

Jadilah para tawanan yang menyerahkan diri, dilihat sebagai mahluk yang hina, dan tidak pantas dihormati. Tidak ada empati sama sekali kepada tawanan yang sudah menyerah.

Sesampainya di kamp penampungan, diperkirakan barisan telah berkurang sekitar 7.000 hingga 10,000 orang serdadu. Penyiksaan belum berhenti sampai di sini.

Barisan Maut Bataan (listen.sdpb.org)
Barisan Maut Bataan (listen.sdpb.org)
Para tahanan masih mendapatkan penyiksaan yang tak kalah mengerikan. Jumlah kematian mencapai sekitar 400 orang per harinya. Setidaknya total kematian bertambah hingga 30.000 orang setelah ditawan.

Berita Barisan Maut ini akhirnya bocor keluar. Sumbernya dari beberapa tawanan yang sempat meloloskan diri hingga ke Australia. Pemerintah AS kemudian merilis keadaan mereka di majalah Life pada Februari 1944. Rakyat Amerika sangat geram melihat kekejaman Perang Jepang.

Jenderal Douglas Mac Arthur kemudian menyerang kembali dan berhasil merebut Filipina pada tahun 1945. Korban hidup Bataan tidak banyak tersisa lagi.

Aksi pengeboman Hiroshima dan Nagasaki kemudian mendapatkan legitimasi dari rakyat Amerika dan masyarakat dunia lainnya.

Pengadilan di Tokyo kemudian mengadili prajurit perang yang terlibat di sana. Jenderal Masamaru Honma, pimpinan tentara Jepang yang memprakarsai Barisan Maut dieksekusi mati pada 3 April 1946.

Penyintas Barisan Maut Bataan (bataanmarch.com)
Penyintas Barisan Maut Bataan (bataanmarch.com)
Kisah ini sempat ingin diangkat oleh penulis terkenal Iris Chang sebagai buku berikutnya. Sayangnya ia telah lebih dulu menghabisi nyawanya sendiri. Konon beberapa wawancara dengan penyintas Barisan Maut ini yang menjadi penyebabnya.

Iris ditenggarai terlalu meresapi penderitaan yang dialami para korban Death March Bataan ini.

Sebelumnya, buku Iris tentang pemerkosaan Nanking 1937 telah menjadi best seller di tahun 1997. Ia mendapatkan pujian sekaligus kecaman dari pihak yang pro dan kontra.

Baca juga: Kisah Tragis Iris Chang: Penulis Terkenal The Rape of Nanking

Pemerintah Filipina sendiri menjadikan 10 April sebagai hari untuk memperingati peristiwa maut tersebut. Hari Peringataan Bataan dijadikan hari nasional bagi rakyat Filipina, dan juga dunia.

Referensi: 1 2 3

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun