Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Umat Buddha Tidak Membunuh Nyamuk?

10 Mei 2021   06:27 Diperbarui: 24 Mei 2021   17:26 4131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Umat Buddha Tidak Membunuh Nyamuk? (kompas.com)

Mengembangkan kesadaran bahwa setiap orang pasti memiliki alasannya sendiri. Dan di saat yang sama melihat situasi, tanpa harus membenci. Bagaikan kasih seorang ibu kepada anaknya yang tunggal.

Jika seseorang bisa mengembangkan sikap ini, maka ia akan terhindar dari sikap bermusuhan. Karena pada dasarnya, musuh terbesar manusia adalah diri kita sendiri.

Sebab Akibat

Sebuah perbuatan berasal dari keinginan. Apabila perbuatan tersebut dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang lama, maka muncullah kebiasaan.

Membunuh nyamuk adalah kebiasaan. Tersebab solusi yang paling mudah agar bisa tidur nyenyak adalah dengan membunuhnya. 

Nah, sekarang tikus mulai datang menyerang. Seluruh perabotan rumah rusak digigitnya. Solusinya? Racun tikus yang bisa membunuh. Itu adalah kebiasaan yang umum dilakukan. 

Setelah nyamuk dan tikus beres, kini tetangga datang menyerang. Semuanya dikepoin. Dari urusan kerja hingga urusan rumah tangga. Serangan nyamuk dan tikus takada artinya. Sakitnya tuh, di sini.

Solusinya? Kalau bisa dibunuh saja! Eits, jelas tidak mungkin. Membunuh manusia itu biadab, tidak bisa dimaafkan, ada KUHP-nya, neraka hukumannya.

Membunuh nyamuk memang kelihatannya sederhana. Tapi jika terus menerus dikembangkan, maka tanpa kita sadari akan menumbuhkan jiwa pembunuh dalam diri kita.

Konon ada juga tetangga yang membunuh tetangga. Penyebabnya? Masalah sepele. Mungkin karena ketersinggungan, mungkin karena utang, mungkin juga karena kedengkian.

Nah, jika diurut, semuanya berasal dari kebiasaan. Jangan sampai sikap yang "sedikit-sedikit melenyapkan" itu sudah menjadi kebiasaan yang tak kita sadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun