Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Malaikat pun Tahu, Kadang Ia Tak Butuh Sayap

25 Februari 2021   05:45 Diperbarui: 25 Februari 2021   06:22 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto; Gunawan Dolhady (kiri) dan Muhammad Rani (kanan). Sumber: dokumen pribadi kiriman Gunawan Dolhady

Apakah keburukan tidak mengenal perbedaan atau kebaikan memang berbeda?

Pernyataan ini seringkali menggoda diri atas kejadian sehari-hari yang mungkin saja bisa kita alami. Karena kadang kita tahu, kebaikan bisa datang dalam wujud apa saja.

Sebuah kisah inspiratif penulis dapatkan dari sebaran berita di whatsapp grup. Atas izin dari Gunawan Dolhady sang pemilik kisah, penulis menuliskan artikel ini di Kompasiana. Semoga membawa inspirasi kebaikan bagi kita semua.

**

Sore hari ini, ada tamu yang tak dikenal datang berkunjung ke rumah mencari saya.

Pada waktu itu saya sedang keluar rumah dengan tujuan menuju ke kantor polsek untuk membuat surat laporan kehilangan. Siang ini saya baru saja kehilangan dompet yang berisikan: Uang Tunai, KTP, NPWP, SIM, STNK, ATM, Kartu Kredit, dan beberapa dokumen penting lainnya.

Sebenarnya saya sempat melihat bapak tersebut sewaktu hendak keluar rumah. Ia tampak celingukan mencari alamat di sekitaran komplek rumah saya. Namun, karena terburu-buru tanpa firasat apa-apa, saya pun pergi meninggalkannya.

Belum satu menit perjalanan, istri saya menelpon dan mengabari jika ada seorang bapak yang sedang mencari saya. Pikiran langsung tertuju kepada bapak yang tadi kulihat.

Saya pun bertanya kepada istri saya mengenai ciri-ciri bapak tadi. Istri saya menjawab,"iya."

Tanpa pikir panjang, saya memutar balik kendaraan dan kembali ke rumah. Perasaan saya mengatakan, sang bapak pasti menemukan dompetku yang hilang.

Setiba di rumah, tanpa basa-basi saya langsung bertanya kepada bapak tersebut, "bapak mencari saya?"

"Iya,"jawab bapak tersebut.

Saya lanjut menanyakan, "apakah bapak menemukan dompet saya yang tercecer?'

Sang bapak kembali menyahut, "iya."

Perasaan sangat senang, saya lantas mempersilahkan bapak tersebut masuk ke dalam rumah. Beliau lantas menceritakan kronologi kejadian bagaimana dompet tersebut ditemukan olehnya.

Sesuai dugaanku, lokasinya berada di sebuah minimarket, tempat persinggahan terakhir sebelum saya sadar telah kehilangan dompet.

Bapak tersebut lantas mengembalikan dompet, sembari memintaku memeriksa seluruh dokumen dan menghitung ulang uang di dalamnya. Saya tidak melakukannya, karena secara kasat mata, saya dapat melihat bahwa dompet tersebut "belum tersentuh."

Diriku masih terheran-heran. Sebabnya di zaman sekarang kejujuran sudah menjadi hal yang sangat langka. Saya memandang wajah bapak di depanku ini. Sungguh sebuah keajaiban bisa bertemu dengan seseorang yang berhati mulia. Meskipun dirinya tak mengenaliku, tapi ia bisa merepotkan dirinya mengembalikan dompetku.

Suasana berlangsung akrab. Sang bapak yang baik hati lanjut bercerita.

Sesungguhnya ada beberapa rekan kerjanya yang menyuruhnya mengambil uang dalam dompet tersebut. Tidak perlu repot-repot mengembalikannya kepada si pemilik.

"Langsung saja dibuang ke sampah." Ujar temannya.

Malahan ada seorang kawan yang bersikap sedikit radikal dan berkata;

"Ngapain dibalikin, dia kan tidak 'seiman.'"

Yang membuatku terharu, bapak tersebut menjawab dengan tegas,

"Percuma saya melaksanakan ajaran agamaku, jika punya pemikiran kayak kalian. Rasanya sia-sia itu sholat yan dijalankan selama ini jika masih bertabiat buruk seperti kalian."

Saya hampir menangis. Sesuatu yang telah kurindukan hadir pada hari ini. Ia adalah KEBAIKAN. Sesuatu yang kudambakan telah datang menghampiriku. Ia adalah KEJUJURAN.

Tuhan telah memperlihatkan malaikat-Nya dalam wujud sang bapak yang baik hati ini. Mataku berkaca-kaca ketika saya berkata padanya;

"Saya telah diperlihatkan Mujizat dan Kuasa oleh Tuhan."

Secara refleks, saya mengeluarkan seluruh uang dalam dompet, dan memberikannya kepada bapak tersebut. Ia bersikeras tidak menerimanya, karena baginya tindakan yang ia lakukan adalah ikhlas adanya.

Namun, saya memaksanya dan berkata bahwa ini adalah rezeki dari Tuhan yang diberikan kepada bapak sekeluarga melalui tangan saya.

"Mohon bapak juga bisa menerimanya dengan ikhlas juga." Pungkasku.

Masih kikuk, beliau akhirnya menerima pemberianku. Air matanya berlinang, ia menangis tersedu-sedu.

Tentu saja saya kaget dan menanyakan mengapa ia menangis? Beliau kemudian bercerita bahwa ia telah menunggak uang sekolah (SPP) anaknya selama tiga bulan. Sejak pandemi merebak, penghasilannya tidak lagi sebanyak dulu.

Sang bapak mengucapkan terima kasih padaku, dan berkata kemurahan hati yang ia terima, sangat-sangat membantu kondisi ekonominya.

Diriku tersentuh. Secara pribadi orang yang punya kepribadian seperti bapak ini, sudah sangat sukar ditemukan.

Aku tidak lagi berpikir panjang. Nilai tunggakan SPP anaknya akan kuselesaikan, termasuk biaya lain yang mungkin ia butuhkan.

Sekali lagi, inisiatif ini tidak saya lakukan untuk pamer di medsos. Sobat, bapak ini selayaknya dibantu. Ia adalah seorang yang telah mengajariku mengenai arti Kejujuran dan Ketulusan.

Beliau telah melakukan kebajikan tanpa memandang Status Sosial, Ekonomi, Suku, dan terlebih Agama.

Sekali lagi terima kasih buat sahabat baruku, Bapak Muhammad Rani (FB: Muhammad Rani).

Semoga apa yang telah diwujudkan oleh bapak Muhammad Rani ini senantiasa menjadi teladan bagi kita semua. Bahwa membantu sesama seyogyanya dilakukan dengan rasa tulus tanpa mengharapkan pamrih.

Saya akan mendoakan, semoga Tuhan akan selalu memberikan Perlindungan, Kebahagiaan, Kesehatan, dan Kesuksesan buat sahabatku, Bapak Muhammad Rani dan seluruh keluarganya.

Suatu saat, saya akan berkunjung ke rumah beliau. Saya berharap agar ia dapat menerima kunjunganku dengan baik. Bukan sebagai seorang tamu biasa, tapi sebagai seorang sahabat.

Sejujurnya saya juga penasaran. Bagaimana sih bentuk surga yang sebenarnya? Jawabannya ada di rumah beliau. Karena di sanalah seorang malaikat tanpa sayap telah bermukim.

**

"Terima kasih juga buat seluruh keluarga dan teman-teman yang telah membantu saya lewat postingan di Medsos maupun WA Group. Semoga Tuhan selalu memberikan perlindungan, kebahagiaan, kesehatan, dan kesuksesan bagi Anda semua."

Semoga Seluruh Mahluk Berbahagia, Saddhu Saddhu Saddhu.

Salam Hormat dari saya, Gunawan Dolhady.

**

Artikel asli telah ditulis oleh Gunawan Dolhady di laman Facebook: Gunawan Dolhady. Atas izin dari pemilik akun, penulis telah melakukan sedikit penyuntingan.

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun