Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Tragis Fientje de Feniks, Pramuria Tersohor Zaman Kolonial Belanda

20 Februari 2021   15:40 Diperbarui: 20 Februari 2021   17:26 3644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Fientje de Feniks (sumber: liputan6.com)

Sesaat sebelumnya, Rosna terbangun karena ribut suara pertengkaran. Teman seprofesinya ribut dengan seorang lelaki. Tidak jelas apa yang menjadi bahan pertengkaran. Rosna mengenali sang lelaki, seseorang yang sering berkunjung meniduri Fientje.

Hingga akhirnya Fientje yang memberontak mulai terkulai lemas. Rosna tidak berani bertindak apalagi bersuara. Kejadiannya begitu cepat. Ia telah menjadi saksi pembunuhan kawannya itu.

Ilustrasi Rumah Bordil Zaman Belanda (sumber: voi.id)
Ilustrasi Rumah Bordil Zaman Belanda (sumber: voi.id)
Lelaki itu bukan orang asing. Ia dan Fientje telah memadu kasih. Hubungan mereka selalu harmonis. Dengan bayaran gulden yang tidak sedikit.

Lelaki itu jatuh cinta kepada Fientje. Ia tidak rela sang primadona ditiduri oleh lelaki lain. Baginya Fientje adalah miliknya seorang sahadja.

Lelaki itu memiliki harta berlimpah. Uangnya mampu menjamin hidup Fientje. Asalkan ia rela dijadikan simpanan.

Lelaki itu tersinggung. Sang pujaan hati menolaknya. Fientje berkata ia lebih rela menjadi pelacur, daripada menjadi peliharaan.  

Investigasi Kejadian

Foto Gemser Brinkman (sumber: yukepo.com)
Foto Gemser Brinkman (sumber: yukepo.com)
Seorang Komisaris besar Polisi Batavia, Ruempol langsung memimpin penyelidikan kasus pembunuhan Feniks. Ia bertekad untuk menjadikan Batavia sebagai tempat yang aman.

Orang pertama yang dimintai keterangan adalah Oemar Ompong, sang muncikari. Tidak susah bagi Ruempol untuk menggali informasi. Sang muncikari yang ketakutan langsung menyebut nama seorang lelaki Belanda, Gemser Brinkman.

Brinkman kerap bertandang ke rumah bordilnya. Ia juga adalah langganan tetap Fientje. Susah bagi polisi untuk mempercayai keterangan Oemar. Brinkman bukanlah orang sembarangan. Ia adalah lelaki Belanda terhormat dan juga adalah anggota Societeit Concordia, sebuah klub mewah yang beranggotakan para saudagar zaman Kolonial.

Tapi, benang merah mulai tersambung ketika polisi Batavia menemukan Pak Sulin dan dua orang lainnya. Merekalah yang bertugas membuang mayat Fientje di Kali Baru. Dalam ketakutan, Sulin mengaku menyesal telah menerima gulden dari lelaki yang bernama Brinkman.

Investigasi Terhalang Status dan Suap

Kaum Jetset Kolonial Belanda (sumber: kompasiana.com)
Kaum Jetset Kolonial Belanda (sumber: kompasiana.com)
Di zaman tersebut, ketimpangan hukum marak terjadi. Nama baik seorang Belanda jauh lebih penting daripada sesosok mayat pribumi. Brinkman tentu saja menolak segala tuduhan yang mengarah kepadanya. Apalagi dirinya bukan seorang Belanda biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun