"Pak Tjip (Tjiptadinata Effendi) memang 'Tukang Inspirasi' di K (Kompasiana)."
Ini adalah komentar yang aku titipkan pada laman tulisan pak Tijp yang berjudul "Apa yang Terjadi jika Usia Berkepala 7?"
Pada artikel tersebut seperti biasa pak Tjip memberikan wejangan-wejangan kehidupan yang telah dijalani oleh dirinya yang tak lagi muda. Beliau meminta agar kita harus menghadapi kenyataan, bahwa suatu waktu perubahan akan terjadi. Salah satunya adalah menua.
"Whatever will be will be," Petikan dari tulisan pak Tjip ini menandakan bahwa sejauh apa pun manusia berusaha, tetap proses kehidupan berjalan seperti biasa. Tanpa mengurangi arti dari kebesaran Tuhan, manusia diharapkan untuk melihat keagungan-Nya dari sisi penerimaan. Tidak lebih, Tidak kurang.
Beliau juga melampirkan dengan jelas apa yang bertambah dan berkurang menjelang usianya yang berkepala tujuh. Tak lupa juga beliau memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan YME, dan mengingatkan para Kompasianer muda untuk selalu merawat diri dengan baik, agar tetap sehat lahir dan batin.
Saya sendiri telah menginjak usia 50 tahun di tahun 2021 ini. Masih ada 20 tahun untuk mengejar prestasi pak Tjip. Semoga saya diberikan umur panjang dan konsistensi dalam berbakti, seperti yang telah dicontohkan oleh Sang Guru Kehidupan Kompasiana ini.
Namun, 20 tahun yang lalu, saya masih berusia 30 tahun. Usia yang fantastis untuk meraih kemerdekaan. Tenaga masih kuat, otak masih liar, dan syahwat masih penuh. (tolong jangan disalah artikan).
Jarak 20 tahun sebelum dan sesudah hari ini menandakan adanya progress usia yang harus dilalui oleh setiap orang. Nah, melalui artikel ini saya akan memberikan sedikit filsafat Numerologi mengenai perjalanan usia.
Bukan sulap, bukan sihir, jangan juga mengharapkan ada ramalan pada artikel ini. Tulisan ini murni hanya sebuah refleksi tentang apa yang telah kita lalui bersama, hingga tiba waktunya nanti.
**