Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

12 Bulan Mengulik Metafisika, 1 Tahun Mengusik Supranatural

1 Desember 2020   19:13 Diperbarui: 1 Desember 2020   19:30 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Metafisika dan Supranatural (sumber: tabloidinspirasi.blogspot.com)

Tulisan ini berdasarkan ide yang kutuangkan sebagai tulisan pertama di Blog Kompasiana. Lumayan kacau, kaku tanpa kenthirisme, dan galau tanpa romantisme.

Tak terasa 12 bulan telah berlalu dan pada hari ini, tepat setahun saya eksis sebagai kontributor yang lumayan aktif di blog keroyokan ini. Semua berlalu dengan cepat, jari mengetik dengan cermat, dan kebersamaan dijalani dengan nikmat.

Hingga kini saya telah memroduksi 446 artikel plus 9 yang kuhapus, dan 1 yang kehapus akibat jiplak halus. Sehingga secara total saya berhasil mengumpulkan kurang lebih 457 artikel. Lumayanlah untuk penulis yang baru aktif menulis setahun belakangan.

Vote pertama saya dapatkan dari sahabat Kompasianer Darwin M Kom CPS. Ia termasuk salah satu yang paling getol mengajakku bergabung di Kompasiana, meskipun kini sudah sangat jarang menulis lagi. Komentar pertamaku datang dari Leya Cattleya, duhai gembiranya. Ahayyy...

Tiada arti khusus bagi angka yang ke 447, semuanya berjalan dengan normal seiring waktu yang datang menyoal. Sebagai seorang Numerolog, saya memang banyak berfokus kepada ilmu Numerologi. Namun jika itu dipertahankan, maka jelas hasil tulisan tidak akan sebanyak ini.

Saya pun belajar dari tulisan seluruh kawan Kners. Ternyata mereka adalah penulis yang sangat produktif dan lihai mengangkat tema-tema yang menarik. Semua adalah sahabat dan sekaligus guruku. Sungguh suatu kegembiraan dapat berkenalan dengan kalian semuanya.

Baca juga: White Suhu Black Suhu, Romo Bobby yang Romantis dan Felix Tani yang Anarkis

Bergabung di K memiliki segudang kegembiraan. Hadiah pertama bagiku adalah centang biru yang kudapatkan pada tanggal 15 May 2020. Hari yang bersejarah, karena secara resmi saya masuk sebagai golongan penulis yang sering kena gosong dari Tante Virus.

Kompasianival 2020 sungguh membawa berkah. Terpilih menjadi salah satu nominee Kompasiana Awards di ajang bergengsi ini, benar merupakan suatu hal yang tidak terduga. Namun sejujurnya, hingga kini saya belum merasakan diri sebagai penulis hebat.

Akhir-akhir ini saya mendapatkan banyak like, komen, dan juga followers baru. Jika dilirik, wajah mereka masuk ke dalam kategori milenial. Setelah mengunjungi balik, tulisannya tidak kalah mencengangkan, kualitasnya bernas, isinya cerdas, dan idenya cergas.

Akan tetapi, ada yang mengganjal disini. Di balik wajah yang intelek, banyak yang mengaku sebagai "penulis pemula." Banyak juga yang minta petunjuk, karena katanya sih, "baru belajar menulis."

Menurut saya, ini adalah sebuah bentuk kesopanan orang timur. Sikap yang rendah hati, memohon bimbingan, hingga menghormati para senior, tentu sebuah sikap terpuji. Orang-orang seperti inilah yang akan maju dalam berpikir.

Sekali lagi tidak masalah, meskipun saya merasa terganggu dengan istilah pemula dan baru belajar menulis. Ingat ya, manusia itu belajar menulis pada saat ia masih balita, bukan pada saat sudah mendaftarkan diri di blog K.

Oke, tentu Mbah Peang paham bahwa yang dimaksud "baru belajar" adalah menulis di laman yang akan dibaca oleh jutaan orang se-Indonesia Raya. Nah, si penulis-penulis yang baru belajar ini, tentu tidak mau malu-maluin. Mereka mengharapkan agar karya literasi paling tidak bisa sesuai di hati Mimin yang terkenal angker.

Untuk itu, maka melalui tulisan ini, saya yang juga baru belajar menulis ingin menyampaikan bahwa pada dasarnya kita semua masih pemula dalam dunia literasi, dan tidak akan menjadi ahli.

Sebabnya belajar menulis adalah sebuah proses yang tak akan pernah berhenti. Dan ini ada hubungannya dengan Metafisika vs Supranatural sebagai tulisan pertamaku di K, persis setahun yang lalu pada hari ini.

Baca juga: Metafisika vs Supranatural

Mari kita mulai dari pemahaman.

Supranatural adalah ilmu gaib. Tidak perlu dibahas, ia ada di sekitar kita, dimiliki oleh beberapa orang terpilih, dan jangan sampai keberadaanya menjadi dilema.

Metafisika sendiri menurut saya adalah sebuah "Unrevealed Science," atau sains yang belum terbukti. Dasar ilmiahnya adalah empirisme, yaitu statistik dalam jumlah yang besar dan telah berusia ribuan tahun.

Menjadi unrevealed hanya karena belum ada teori konkrit yang bisa digunakan untuk menjelaskannya, meskipun sudah menjadi kepercayaan turun temurun.

Dikitup dari Wikipedia, "Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat obyek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau relaitas."

Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: "Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di alam semesta?"

Penggunaan Konsep Metafisika dalam Menulis

Kembali kepada pernyataan "baru belajar menulis." Konsep Metafisika sebagai cabang dari ilmu filsafat tentang hakekat obyek, sering menjadi tolak pikirku terhadap sebuah artikel yang unik dari perspektif berbeda. Ada tiga cara yang akan kujelaskan disini;

Yang pertama, proses pembelajaran adalah mengamati dan meresapi

Jika membaca tulisan-tulisan yang sering nongol di AU, Pilihan, Terpopuler, atau Tertinggi, maka kosongkanlah pikiranmu. Anggaplah bahwa tulisan tersebut adalah buku pelajaran sastra yang sedang kamu pelajari. Selain isinya, resapi juga setiap diksi, lema, dan rima yang terkandung di dalamnya.

Yakinlah, setiap orang pada dasarnya memiliki learning habit, atau mampu belajar dari apapun yang masuk melalui panca indra. Kekuatan literasi adalah mendapatkan informasi dan sekaligus membentuk opini.

Nah, gaya penulisan tanpa disadari adalah pembentukan opini. Inilah yang menjadi rahasia, mengapa mereka yang sering membaca biasanya akan semakin pandai berbicara dan menulis.

Salah satu penyebabnya adalah tulisan yang bagus pasti teratur, terstruktur dan terukur. Dengan banyak membacanya, maka dengan sendirinya otak akan belajar bagaimana menyatukan struktur yang rapih ke dalam bentuk informasi yang dikeluarkan.

Proses pengamatan yang sudah berlansung sepanjang usia manusia di bumi ini, adalah proses pemikiran filsafat yang menjadi penyebab kemajuan yang kita nikmati sekarang.

Yang kedua, berpikir kreatif dan unik

Setiap orang pasti memiliki pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa dijawab. Entah karena efek paradoksal atau hanya halu semata. Akan sangat menarik jika pertanyaan yang sudah lama membumi terjawab dengan unsur sains berlogika, unsur psikologis bernalar, atau hanya sekedar humor satir untuk menertawakan kebodohan kita.

Selain angka, saya juga kadang menyerempet kepada hal-hal yang berbau seksi ala Kamasutra. Sebabnya, menyan dan medi bisa menjadi lebih sakral dengan kemunculan libido seksual. Prinsip saya, sesuatu hal yang tabu, tidak perlulah dibuat kelabu.

Begitu pula dengan prinsip Metafisika. Segala sesuatu yang bersentuhan dengan alam gaib, seharusnya bukan merupakan sebuah perbincangan tabu. Justru keterbukaan terhadap sesuatu yang tidak biasa adalah peneriman kenyataan bahwa "manusia pada dasarnya masih bodoh."

Yang ketiga, banyak-banyaklah bertanya kepada dirimu sendiri

Pernahkan kamu terheran-heran mengapa lelaki tertarik dengan wanita? Atau mengapa langit berwarna biru? Kelihatannya bodoh, tapi yakin tidak sih, kalau pertanyaan sederhana seperti ini masih banyak yang belum tahu jawabannya?

Nah, pertanyaan sederhana saja masih banyak yang belum tahu, bagaimana dengan pertanyaan yang lebih rumit, seperti:

Mengapa orang baik cepat mati? Kenapa anjing dan kucing selalu bermusuhan? Bagaimana mengukur panjang "otong" tanpa harus membuka daleman? Semuanya mencibir, namun percayalah Prof. Felix yang kenthir saja belum tentu otaknya bisa mencair.

Jika kita sudah terbiasa mencari ide dengan bertanya kepada diri sendiri, maka langkah selanjutnya adalah mencari jawaban pada dunia maya tak terbatas. Semuanya ada di sana, dan anda hanya tinggal perlu mencampurnya.

Inilah konsep metafisika sejati, mencaritahu hakekat obyek dengan menyamakan subyek pada nalar yang masih buntek.

Bagaimana dengan Konsep Supranatural dalam Penulisan?

Kesalahan terbesar dari para penganut supranatural adalah menjadikan sebuah keyakinan sebagai sebuah keniscayaan. Nah, konsep seperti ini yang paling saya hindari. Intinya adalah segala sesuatu pasti memiliki jawaban di bumi ini, sebodoh apapun kita di sini. 

Namun ada suatu hal yang bisa dipetik dari pelajaran supranatural. Walaupun kadang kelihatan "konyol," namun ia sering dinantikan. Bagi anda yang ingin menambah unsur "wow" dalam tulisan, gunakanlah konsep supranatural yang menghebohkan.

Hal ini saya tuangkan dalam tulisan "aneh" dengan judul yang bombastis, namun tidak menyertakan klikbait yang pesimis. Ini adalah konsep Supranatural.

Begitu pula dengan mengisi "lead" pada awal penulisan. Tantangannya adalah jangan menciptakan mantra yang tidak dipahami dan membosankan. Mantra harus tersaji segar, agar para pembaca dapat terhanyut dalam kemelut tulisan yang semrawut, namun tidak bikin merengut. Tidak perlu terlalu terpaku dengan SPOK atau tata bahasa resmi. Banyak dukun di luar sana yang tidak memahami bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sepanjang mudah dipahami, silahkan diulik sendiri.

Akhir Kata

Kita semua bisa menjadi paranormal dengan pendekatan yang unik, namun bagaimanapun juga setiap penulis adalah unik adanya. Teknik bisa dipelajari, namun hati adalah milik sendiri.

Tulisan pertamaku ini bukan penyesalan. Meskipun tingkat keterbacaan awal tidak sampai 100, dan tidak mendapatkan label Pilihan, namun setelah saya buka kembali sekarang sudah dibaca 642 kali. Suatu bukti bahwa karya literasi takakan lekang oleh waktu. Kalau tidak #mulaidarikita, dari siapa lagi?

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun