Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jodoh Ada di Tangan Tuhan, Jomlo Ada di Mana-mana

18 Oktober 2020   16:46 Diperbarui: 25 Mei 2021   09:22 2472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jodoh ada di tangan Tuhan (sumber: Shutterstock via Kompas.com))

Jodoh adalah rahasia Tuhan. Ia setara dengan kelahiran dan kematian. Semuanya tak dapat diprediksi kapan akan terjadi.

Menanti datangnya jodoh, sama seperti menunggu malaikat pencabut nyawa datang menjemput. Jika saatnya belum tiba, maka jangan harap status jomlo akan hilang seketika.

Akan tetapi para jomlo yang risau, tidak mau begitu saja menerina nasibnya. Menderita kanker cinta yang akut, perjuangan untuk menjadi penyintas kesepian tidak pernah akan berakhir.

Namun masalah perasaan bukanlah masalah kesehatan yang tak bisa ditawar. 

Ada sebuah anekdot yang mengatakan bahwa wanita di usia belasan tahun bagaikan bola sepak yang diperebutkan oleh 22 pria. Namun seiring waktu berlanjut, ia akan berubah menjadi bola golf yang akan dilempar sejauh mungkin.

Begitu pula dengan para remaja pria yang memiliki prinsip "Bayangan hidup", alias baru "membayangkan" saja sudah "hidup". Janganlah engkau tertawa dulu, karena jika saatnya tiba, maka "Pegangan Hidup" akan datang menyertaimu.

Bagi pria dan wanita yang sudah berumur. Sebuah pertanyaan sederhana mengenai status marital bisa mengartikan ribuan pernyatan mengenai kemampuan dan kesanggupan.

Keputusan untuk menikah adalah masalah pribadi. Di dunia modern dengan segala kompleksitasnya, banyak manusia yang memilih untuk tidak menikah. Khsususnya di negara-negara maju, dimana komitmen adalah sebuah harga yang mahal.

Akan tetapi, tidak jarang juga menyandang status jomlo seumur hidup, bukanlah pilihan bagi mereka yang belum menikah. Mereka terjebak dalam situasi dimana jodoh tidak kunjung menghampiri.

Baca juga: Jomblo Tak Dapat Jodoh Bukan Gegara Bodoh! Tapi karena..

Nah, bagi anda yang masih jomlo karena memang tidak ingin menikah atau belum bisa menikah, maka ada bagusnya untuk melihat fakta berikut ini, agar kebingungan tidak terjadi.

Menikah adalah Sebuah Warisan Sosial

William Farr, seorang dokter di Inggris pernah menyatakan bahwa "Pernikahan adalah sebuah warisan yang sehat".

Tujuan dasar dari sebuah pernikahan adalah untuk mendapatkan keturunan, mencari status sosial sebagai seorang yang "dewasa", hingga mendapatkan pasangan sejati yang bisa saling menjaga hingga akhir menutup mata.

Jika anda merasa bahwa ketiga hal ini tidak penting, maka anda termasuk golongan yang memang tidak ingin menikah.

Seiring waktu berjalan, pandangan sosial banyak mengalami perubahan. Ada yang mengatakan bahwa kehidupan lajang adalah sebuah keputusan yang jauh lebih sehat dan bahagia.

Pada tahun 2017, terdapat rekor jumlah orang dewasa di seluruh dunia yang masih membujang. Selain itu, data juga menyatakan bahwa lebih dari 110 juta orang bercerai dan terus melajang.

Para peneliti yakin bahwa jumlah ini akan terus meningkat. Lantas, mengapa ada manusia yang tidak ingin menikah?

Pernikahan Bukan Ukuran Kedewasaan

Di zaman dahulu, pernikahan adalah sebuah tanda kedewasaan. Oleh sebab itu, usia pernikahan cenderung sangat dini. Sedangkan saat sekarang, sebuah kedewasaan tidak lagi ditandai dengan pernikahan.

Banyak orang yang lebih mementingkan pendidikan formal dan karir yang bagus sebagai tanda kemandirian.

Adalah hal yang wajar untuk mencari nafkah dalam kehidupan. Memiliki pekerjaan yang bagus adalah impian dari setiap orang. Uang yang dihasilkan kemudian menjadi perbedaan status dalam kehidupan sosial.

Emansipasi Wanita dan Lunturnya Budaya Patriarki

Selama berabad-abad wanita selalu berjuang untuk kesetaraan hak dan pengakuan. Harus diingat, emansipasi adalah sebuah perjuangan agar terlepas dari budaya patriarki yang didominasi oleh kaum pria. Tanpa disadari, hal ini kemudian menimbulkan perubahan dalam cara pandang tentang pernikahan. 

Masih setengah abad yang lalu, pernikahan adalah masalah status dan harta.

Para orangtua menjodohkan anaknya dengan keluarga yang berasal dari strata sosial yang seimbang. Semuanya dimaksudkan agar tidak ada campur tangan pihak asing dalam warisan keluarga.

Situasi telah banyak berubah. Cinta telah menjadi hal yang utama sebagai dasar hubungan. Namun sayangnya, cinta bukanlah sebuah paksaan yang membuat alasan utama bagi pria dan wanita untuk lebih selektif dalam memilih jodoh.

Baca juga: Bosan Nge-jomblo? Kalau Iya, Ini Pas Banget

Persaingan Kaum Adam dan Hawa

Seiring waktu berjalan, semakin banyak wanita yang unggul di dunia pendidikan dan pekerjaan. Dengan demikian, cara pandang kaum Hawa terhadap kaum Adam pun juga berubah.

Sebagai pemimpin dalam masyarakat, para wanita merasa khwatir jika harus menggantungkan hidupnya pada lelaki yang mungkin tidak kompeten. Hal yang sama juga dirasakan oleh para pria. Kebanyakan pria tidak menyukai jika maskunilitas mereka terancam dengan wanita yang lebih sukses.

Perbedaan persepsi ini kemudian semakin menimbulkan jarak dan menjadi sebuah persaingan yang tidak sehat antara dua gender yang berbeda.

Perubahan Sudut Pandang Terhadap Keturunan

Stigma janda dan duda adalah sebuah aib bagi manusia zaman bahulea. Seiring waktu berlalu, stigma ini mengalami gradasi. 

Single Parent menjadi sebuah istilah yang tidak asing lagi di mata masyarakat.

Yang lebih mencengangkan lagi, sebagaian wanita menganggap bahwa kehamilan dan melahirkan hanya akan memberikan dampak yang tidak sehat bagi kesehatan.

Tentunya tidak semua menyetujui pandangan ini, namun bagi mereka, adopsi adalah sebuah langkah alternatif untuk memiliki keturunan.

Perkembangan teknologi juga memiliki andil yang besar. Anda bahkan tidak membutuhkan status pria untuk mendapatkan seorang anak. Cukup spermanya saja!

Pandangan Terhadap Kebutuhan Biologis

Seks adalah hal yang penting bagi manusia normal. Bukan hanya sebagai bagian dari proses reproduksi, namun juga untuk kebutuhan biologis utama.

Perubahan pandangan terhadap pernikahan juga berpengaruh terhadap kebutuhan seksual. Gaya hidup bebas memilih pasangan tanpa komitmen sudah semakin marak dijalani.

Baca juga: 6 Resep Rahasia yang Bikin Orang Sekantoran "Klepek-klepek" (Jomblo Only)

Banyaknya kasus perceraian akibat perselingkuhan membuat manusia semakin selektif dalam pernikahan. Menurut mereka, menciptakan hubungan bebas jauh lebih bergengsi dibandingkan dengan nilai sebuah penghianatan.

Seks sudah bukan hal yang menjadi penanda hubungan suami istri.

Media sosial menciptakan peluang bagi setiap manusia untuk menciptakan relasi tanpa harus bertatap muka.

Informasi tanpa batas antara budaya yang berbeda, menciptakan sebuah proses asimiliasi yang dapat mengubah idealisme.

Aplikasi kencan yang banyak tersedia di dunia maya juga telah menciptakan budaya kencan kilat sebagai pengganti komitmen serius.

Wasana Kata

Nah, setelah membaca fakta ini, apakah anda termasuk orang yang memutuskan untuk menjadi jomlo seumur hidup, atau tetap berprinsip bahwa pernikahan adalah hal yang sakral.

Pilihan berada di tangan anda, karena setiap manusia memiliki hak untuk menjalani kehidupannya sendiri.  

Referensi: 1 2

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun