Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pendidikan Kesetaraan Gender bagi Anak untuk Mencegah Diskriminasi Seksual

25 September 2020   06:24 Diperbarui: 27 September 2020   09:23 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kesetaraan Gender (sumber: ccfinorman.org)

Mereka akan memroses segala informasi berdasarkan pengajaran dan pengalaman yang ia alami. Periode 5 tahun inilah yang akan membentuk karakter mereka sebagai manusia dewasa.

Demikian pula dengan konsep kesetaraan gender. Jika hal ini sudah tertanam, maka sang anak akan sangat mungkin mengurangi sikap diskriminatif, dan bias gender pada saat dewasa nantinya.

Apa saja pendidikan kesetaraan gender ini?

Yang pasti, pendidikan seks termasuk di dalamnya. Mengenalkan anak dengan anatomi tubuh dan sekaligus apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan, , dan bagaimana menjaga privasi pada bagian privat ini, sebaiknya sudah dilakukan sejak dini.

Selanjutnya, sang anak juga harus diajarkan mengenai cara (manner) bersikap dari lelaki dan wanita, seperti ritual peribadatan, cara berpakaian, cara duduk, cara berjalan, dan lain sebagainya.

Pendidikan tentang kesetaraan gender, bukan tentang kesamaan. Anak-anak harus ditekankan bahwa ada perbedaan yang harus dipahami sebagai sesuatu yang normal, tapi tidak hirearkis.

Praktik pendidikan kesetaraan gender.

Kesalahpahaman terbesar berasal dari konsep gender itu sendiri. Pemahaman dangkal bahwa anak wanita adalah wanita, dan anak pria harus menjadi lelaki pada umumnya adalah salah.

Sejak zaman dulu, nenek moyang kita telah mengajarkan bahwa gender dan jenis kelamin adalah dua hal yang berbeda. Seorang lelaki, bisa saja memiliki perasaan halus seperti wanita, demikian pula tidak masalah jika wanita suka main mobil-mobilan.

Baca juga: Genderqueer, Bukan Pria, Bukan Wanita, Bukan Pula LGBT

Mainan berfungsi untuk mengolah motorik halus, kasar, dan psikomotorik sang anak. Jangan melarang anak lelaki bermain boneka, namun tumbuhkanlah sifat kebapakan yang ditunjukkan kepada boneka yang merepresentasi adik kecilnya.

Pun halnya dengan menangis. Siapapun berhak menangis, bahkan jika ia adalah seorang "Rambo". Menangis adalah hal yang wajar, khususnya bagi anak yang masih belum mengerti terlalu banyak.

Cara terbaik untuk menghentikan anak menangis, adalah dengan memeluknya dan memberikan pemahaman, bahwa menangis bisa membuat mata bengkak dan kepala pening.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun