Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tumbuhan Itu Cerdas, Mereka Hanya Tidak Memiliki Otak Saja

19 September 2020   10:04 Diperbarui: 22 September 2020   16:07 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tumbuhan cerdas (sumber: youtube.com)

Seluruh tanaman pada pot disiram dengan air, kecuali pada pot pertama yang dibiarkan kering. Menariknya, tanaman pot terakhir, justru menutup pori pada daunnya layaknya tanaman yang sedang kekeringan. Seolah-olah, pesan kekeringan dari pot pertama tersampaikan.

Tanaman memberi makan kerabatnya.

Pohon dapat berbagi nutrien, dengan sistem simbiotik yang bernama mycorhizza atau wood wide web. Polanya adalah dengan menggunakan jamur bawah tanah yang mengaitkan akar pohon yang berbeda.

Namun demikian, Prof. Suzanne Simard, pencetus istilah ini, menemukan fakta bahwa pada umumnya, hubungan 'bawah tanah' ini dilakukan oleh para tumbuhan yang berasal dari jenis kerabat yang sama. Mereka enggan berbagi dengan jenis tumbuhan lainnya, meskipun tumbuh bersebelahan.

Untuk membuktikan hal ini, penelitian lebih jauh pun dilakukan. Prof. Simard bekerja sama dengan Dr. Brian Pickles dari University of Reading, menguji teori pada biji pohon.

Satu pot berisikan dua jenis biji yang sama, sementara pot lainnya diisi dengan dua jenis biji dari pohon yang berbeda. Dan memang mereka menemukan bahwa pot yang berisikan saudara, lebih banyak berbagi.

Dengan demikian, mereka menyimpulkan bahwa membagi nutrien melalui  jamur bawah tanah, adalah kemauan dari pohon, bukan jamurnya.

Fakta lain lagi yang ditemukan adalah, pohon dengan kerabat yang sama, lebih banyak melepaskan karbondioksida, daripada kepada pihak asing.  

Tanaman memiliki logat daerahnya masing-masing.

Dua orang Jawa bertemu. Satunya berasal dari Indonesia, satunya lagi berasal dari Suriname. Meskipun sama sama berkomunikasi dalam bahasa Jawa, namun dialek daerah plus intonasi lokal, membuat kedua orang Jawa ini tidak saling memahami.

Pun halnya dengan sagebrush, sejenis semak wangi kayu yang tumbuh di daeah kering, Amerika Serikat. Professor Rick Karban dari University of California, Darvis, melakukan penelitian mengenai hal ini.

Lahan sagebrush yang berada di selatan, ditanam dengan potongan sagebrush yang diambil dari sebelah utara California. Hasilnya, semak sagebrush yang berasal dari selatan, tidak bereaksi atas isyarat dari kumpulan yang berasal dari utara.

Malahan, kedua jenis sagebrush ini cenderung tumbuh dalam kumpulannya masing-masing. Professor Karban kemudian menyimpulkan bahwa reaksi yang tidak sinkron ini berasal dari dialek (pola lokal) yang tidak sama, bukan pembicaraannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun