Menurut anak tersebut, "Supaya kita semua paham virus Covid-19 ini bukan penyakit kaleng-kaleng. Sudah dua minggu bokap di RS. 3x Swab masih positif. Dan (jumlah nominal ) itu yakin masih bakalan bertambah Lagi."
"Kalau sampai terifeksi Covid-19, berobat di Rumah Sakit swasta mahal. Di rumah sakit pemerintah, belum tentu bisa. Pun kalau pun bisa, negara yang akan menanggung biayanya. Kembali menjadi beban keuangan negara. Ujung-ujungnya anak-anak kita yang akan mencicilnya untuk ke depannya," ujarnya.
Bukan lagi rahasia umum jika biaya pengobatan di Singapura jauh lebih mahal dari Indonesia. Namun kenyataan terhadap kasus Covid ini, situasinya justru berbanding terbalik.
Penulis belum mendapatkan sumber resmi yang menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi. Dengan demikian, beberapa kesimpulan di bawah ini, hanyalah merupakan analisis pribadi saja.
Efisensi Penanganan
Proses seseorang teridentifikasi sebagai ODP hingga terverifikasi PDP, membutuhkan waktu yang cukup lama. Selama masa penantian, maka proses karantina menjadi hal yang wajib. Lamanya proses penantian tentunya akan menimbulkan biaya perawatan yang cukup besar.
Hal ini belum termasuk proses logistik, perlengkapan medis dan juga obat-obatan yang tergolong masih kurang memadai jika dibandingkan dengan negara Singapura misalnya.
Inflasi Biaya Kesehatan
Sebuah data yang diambil dari Mercer Marsh Benefits 2019, menyatakan bahwa Indonesia memiliki inflasi biaya medis sebesar 11%, dan jauh lebih tinggi dari 5 negara lain yang menjadi perbandingan (lihat gambar).
Perbandingan Apple to Apple