Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dewa Itu Pintar, tapi Jangan Tanya Soal "Porkas"

17 Mei 2020   14:24 Diperbarui: 17 Mei 2020   14:36 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Pendeta Tao. Sumber: icp.org

Para Tatung yang sedang kerasukan ini gemar menunjukkan kehebatannya dengan menyayat diri dengan benda-benda tajam. Beberapa dari mereka bahkan ada yang mengiris lidah dan menusukkan kawat berduri ke dalam mulut dan pipi

Foto Tatung. Sumber: Kompas.com
Foto Tatung. Sumber: Kompas.com
Sebagai seseorang yang selalu berpikir, penulis mencoba untuk tidak beropini terhadap kekuatan dari para Tatung, namun kawan yang suka nyinyir, kadang mengatakan bahwa praktik tersebut adalah urusannya setan, bukanlah Dewa. Tapi dalam kenyataannya, Tatung sendiri sudah merupakan bagian dari kearifan lokal di Singkawang, lho.

Dengan demikian, maka masalah "Dewa" atau "Setan", haruslah kembali kepada pribadi masing-masing, dan bukan urusan manusia yang menilai keberadaan mereka.

Untuk membaca cerita lengkap mengenai Tatung, penulis telah memilih sebuah artikel bagus dari Kompas.com yang bisa dibaca disini.

Menurut Romo Bobby, meskipun praktik eksorsisme sangat kental dengan tradisi kepercayaan Katolik, namun sebenarnya praktik ini juga dikenal luas oleh berbagai kepercayaan dan kebudayaan yang beragam.

Dalam kepercayaan Taoisme sendiri, tersebutlah para Pendeta Tao yang khas dengan jubah berwarna kuning dan sering dilihat pada film-film Hongkong bertemakan "Vampire" di tahun 90an.

Lengkap dengan peralatan tempur, seperti pedang panjang, kaca cembung, dan dupa sembahyang, musuh mereka sering digambarkan sebagai mayat hidup ala China.

Dalam beberapa kebudayaan, peranan Suhu Tao ini masih terasa sangat penting, khususnya pada perayaan besar keagamaan atau prosesi hari besar kemanusiaan. Tujuannya untuk mengusir roh jahat yang menghalangi jalan.

Penulis mempunyai sebuah pengalaman unik dengan salah satu almarhum pendeta Tao yang dikenal dengan nama Zhang Shien Shen (Tuan Zhang). Awal perkenalan terjadi pada tahun 1984.

Beliau adalah seorang mantan Bhiksu Thailand yang kemudian merasa terpanggil untuk menyalurkan bakatnya yang konon sudah diwarisi sejak lahir dari para leluhur.

Tampang beliau sih biasa-biasa saja, kecuali telinganya yang lebar seperti patung Dewa Maitreya, dan kakinya yang super besar dengan sepatu nomer khusus berukuran 50.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun