Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Muktamar Pengaruhi Jaya atau Mundurnya NU?

23 Desember 2021   11:25 Diperbarui: 23 Desember 2021   21:34 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: koran-jakarta.com. (Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur)

Contoh lain mengapa daya dan pemikiran NU sebagai organisasi yang saat ini dilihat, dilirik, bahkan dirangkul sebagai sebuah kekuatan yang berpengaruh di masyarakat Indonesia dan dunia.

Semua itu tidak lepas pada peran-peran elite NU yang dipilih dari hasil muktamar, di mana demokratisasi dalam muktamar NU adalah wacana yang terang bagi perubahan NU sendiri secara keseluruhan.

Supaya NU sebagai organisasi masyarakat tidak mandeg sebagai "organisasi" dalam merumuskan kebijakan serta memilih pemimpin atau elite-elite NU yang visioner dalam memandang kehidupan bersama yang damai dan menyejahterakan umat manusia.

Sekali lagi "muktamar" adalah sebuah jalan, di mana kejayaan NU saat ini atau di masa yang akan datang dasarnya dari muktamar. Karena dalam muktamar itu, NU bergerak menuju perubahan yang hakiki, tumbuh semakin matang dan dewasa sebagai organisasi yang mampu menyejahterakan warganya.

Terpilihnya Gus Dur dari hasil muktamar itu sendiri sebagai salah satu ketua PBNU dalam sejarahnya dan juga keputusan-keputusan bijaksana dari elite-elite NU yang lebih humanis dan pluralistik dalam muktamar tidak hanya wacana perubahan bagi warga NU tetapi juga kepentingan kemanusiaan lainnya.

Saya berharap di Muktamar NU yang ke-34 di Provinsi Lampung, akan tumbuh Gus Dur baru dalam pemikiran untuk pembaharuan NU. Bukan apa, di era Gus Dur sebagai ketua PBNU, NU penuh dengan sorot cahaya yang sebelumnya NU dikonotasikan gelap tanpa adanya pergerakan dan pembaharuan di tubuh NU.

Di tangan dingin kepemimpinan Gus Dur, yang mana Gus Dur sangat mahir dalam berbagai Bahasa, memperkenalkan NU pada dunia yang lebih luas. Bukti NU diperkenalkan lebih luas oleh Gus Dur adalah banyak sarjana dari Eropa, Amerika, Australia dan Jepang berlomba-lomba menulis tentang NU.

Selain itu dalam tatar hidup bersama sebagai warga Negara. Gus Dur juga mampu menjawab soal-soal non agama, dimana sebagai Kiai dan budayawan. Gus Dur membuka pikirannya memandang sinergitas antara agama dan kebudayaan yang tidak akan pernah dapat lepas.

Kiprah Gus Dur dengan sejuta toleransinya pada kemanusiaan. Gus Dur yang juga melekat sebagai Guru Bangsa Indonesia adalah model panutan untuk NU yang berkemajuan, berkepribadian, serta mencintai kemanusiaan sebagai wadah perjuangan NU saat ini dan di masa depan nanti.

Siapa pun elite NU yang mendapat tugas memimpin NU, saya berharap api semangat dari pemikiran dan perjuangan Gus Dur harus tetap dinyalakan. Sebab bukan hanya NU yang butuh pemikiran humanism Gus Dur, tetapi juga umat manusia yang ada di belahan dunia masih membutuhkan pemikiran Gus Dur untuk hidup bersama dalam damai menjunjung tinggi perbedaan dan toleransi.  

    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun