Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gibran Rakabuming, Kuda Hitam Capres 2024?

29 September 2020   08:12 Diperbarui: 29 September 2020   08:19 3519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: kompas.com

Dominasi tokoh muda masuk dalam politik nasional saat ini memang bukan isapan jempol belaka memandang kontestasi politik baik pilkada maupun pilpres.

Perlunya regenerasi dalam bayang-bayang dunia politik haruslah menjadi prioritas utama partai politik bahwa regenerasi politikus muda haruslah tetap ada untuk pembaharuan ide dan regenerasi politik.

Tasmara Amani, Giring Ganesha, Boby Nasution, Gibran Raka Buming, Rahayu Saraswati dan Mumtaz Rais adalah representasi anak muda yang menjadi pelaku politik.

Dimana mereka dapat eksis saat ini berpolitik ada yang tumbuh dari kesadaran pribadi atau didorong karena adanya faktor keluarga yang sudah menapaki dunia politik sebelumnya.

Eksistensi tokoh muda berpolitik dibalik modal material dalam berpolitik. Tentu juga tidak sedikit memiliki akses kekuasan melalui wadah partai politik sebagai akomodasinya, yang didapatkan dari kerabat atau keluarga mereka untuk menjadi kendaraan politik.

Maka baru-baru ini Rahayu Saraswati yang diangkat sebagai waketum atau wakil ketua umum partai Gerindra tentu bukan hal yang mengejutkan public.

"Rahayu Saraswati adalah ponakan Prabowo Subianto dan bapaknya Hashim Djojohadikusumo Wakil Ketua Dewan Pembina Partai GERINDRA. Jadi mahkota kekuasaan Partai Gerindra secara definitive akan jatuh kepada Rahayu Saraswati".

Oleh sebab itu momentum mengandalkan akses kekuasaan adalah hal lumrah termasuk apa yang dilakukan Boby Nasution dan Gibran Rakabuming menjadi pelaku politik mengandalkan kekuasaan Joko Widodo.

Yang notabanenya adalah ayah Gibran dan mertua Boby yang dapat dijadikan akses kekuasaan keduanya untuk mengikuti kontestasi politik yakni ikut dalam menjadi paslon pilkada 2020.

"Karena faktor keluarga dalam kekuasaan, mereka berdua Gibran dan Boby menurut saya ada di jalan yang benar masuk dunia politik".

Maka dengan mengikuti pilkada 2020, sebelum momentum kekuasaan Joko Widodo itu habis masa berlaku sebagai seorang presiden periode 2019-2024, saya kira mampu mendongkrak suara keduanya.

Bukankah saat ini partai berbondong-bondong mendukung Gibran Rakabuming dan Boby Nasution tersebut di pilkada 2020? Terbaru partai gelora, partai Fahri Hamzah juga mendukungnya?

Saya kira faktor Jokowi presiden, mengapa banyak sekali partai yang mendukung kedua pasangan anak Jokowi tersebut. Sebab rata-rata partai yang masuk dalam pemerintahan mayoritas mendukung anak-anak Jokowi.

Mungkin ini faktor kepopuleran anak presiden dalam politik masih sangat mungkin dipilih oleh rakyat? Dari pada mereka memilih peserta pemilu yang tidak dikenal dan tidak tahu juntrungan asal-usulnya masuk politik berbeda dengan faktor bawaan orang tua?

Ditambah kekuatan modal dan akomodasi politik Girbran Rakabuming dan Boby Nasution sudah ada, termasuk seperangkat partai politik yang menjadi kendaraan bapaknya Joko Widodo yakni PDIP partai peraih suara terbanyak dalam pemilihan umum 2019?

Tidak dapat dilepaskan juga mengingat pemilih tradisional di Solo begitu melekat. Ditambah Solo adalah kandang banteng yang tidak diragukan loyalitasnya.

Apa lagi partai disana yang tidak mendukung Gibran hanya PKS yang abstain di pilwalkot solo 2020, semua partai selain PKS mendukung Gibran.

Katakanlah kita sedang meraba dan berpikir spekulasi berpandangan kedepan. Jokowi telah purna masa jabatan sebagai presiden. Gibran Rakabuming menjadi walikota Solo "jika terpilih".

Dan mungkin Puan Maharani karena faktor trah Megawati, mewarisi tampuk kekuasaan PDIP menjadi ketua umum di tahun 2024.

Saya melihat semua sisi kader PDIP bahkan dari Puan Maharani sampai dengan Ganjar Pranowo yang kini menjabat Gubernur Jawa Tengah.

Spekulasi capres 2024 dari kader PDIP, saya kira lebih potensial Gibran Rakabuming anak Joko Widodo jika ia mampu menang di pilkada Solo 2020.

Mengapa Gibran sangat potensial capres, tentu adalah faktor pemilih tradisionlah di Indonesia yang masih banyak jumlahnya.

Dimana mentalitas memilih anak dari politik masih kuat mengakar pemilih di Indoenesia. Seperti kita tahu Gibran adalah nak jokowi yang saat ini menjabat presiden.

Maka dengan perhitungan Jokowi dipilih oleh lebih dari setengah rakyat Indonesia di tahun 2014 dan 2019. Karena alasan pemilih tradisional di Indonesia kuat.

Bukan tidak mungkin 75 % dari pemilih Jokowi memilih Gibran Rakabuming sebagai penggantinya nanti sebagai calon presiden 2024 sangat mungkin dipilih pendukung jokowi, jika Gibran Rakabuming di Calonkan capres di 2024.

Bukankah dalam demokrasi sendiri memilih pasangan calon termasuk presiden karena cinta? Masih mungkinnya cinta pendukung Jokowi dapat berpaling ke Gibran anak Jokowi tersebut untuk dijadikan seorang presiden, jika memang Gibran ikut dalam kontestasi politik pilpres 2024?

Sebagai perbandingan bukankah Megawati Soekarno Putri di pilih menjadi presiden bukan dari suara rakyat tetapi suara MPR kala itu?

Untuk itu Puan Maharani tidak punya pemilih tradisional yang diwarisakan dari orang tuanya Megawati dulu terkecuali kader partai. Berbeda dengan Gibran yang punya kekuatan politik selaian kader partai PDIP, juga mempunyai relawan yang pro Jokowi di luar partai?

Ditambah Puan Maharani sebagai seorang politikus di nilai public kurang menjajikan. Apalagi baru-baru ini tersandung ucapan provinsi pancasila di Sumatra Barat.

Sebuah diksi untuk mendorong masyarakat Sumatra Barat mendukung PDIP dalam Pilkada 2020 yang mendapat respon negative dari publik.

Atau dengan Ganjar Pranowo sendiri.  Ganjar dapat menjadi Gubernur karena Jawa Tengah karena provinsi berlebel kandang Banteng.

Belum tentu sebagai Capres 2024 dipilih pemilih secara luas karena belum memiliki basis pendukung Gibran yang kemungkinan dapat di dukung relawan Jokowi. Untuk itu Ganjar dapat juga kalah popularitasnya dengan Gibran karena faktor figure Jokowi.

Memang dilihat dari segi manapun Gibran sudah pasti potensial dijadikan capres dari PDIP 2024 faktor anak dari Jokowi, figure capres yang dipilih setengah lebih penduduk Indonesia 2014 dan 2019 lalu, yang mengantarkan Jokowi menjadi presiden dua periode.

Maka bukan tidak mungkin Gibran Rakabuming sebagai politikus muda yang langsung popular namanya berkat dia adalah anak dari Joko Widodo.

Bukan tidak mungkin ex pemilih dan relawan Jokowi memilih Gibran untuk diajukan sebagai capres 2024 dari PDIP dan menjadi "kuda hitam" capres potensial 2024.

Bukankah dalam politik semua mungkin saja terjadi mengingat banyak pihak juga yang mengansumsikan Gibran sebagai calon presiden potensial 2024, faktor dari anak Joko Widodo?

Maka dari itu jika Gibran terpilih menjadi walikota Solo di pilkada 2020 adalah panggung awal Gibran masuk politik nasional berkat figure anak Jokowi. Dan kemungkinan akan masuk burasa capres 2024 atau minim cawapres.

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun