Bukankah berbicara kesejahteraan sekelas Prajurit TNI masih mending dari pada rakyat sipil miskin yang kerjanya serabutan  dan tidak punya rumah dinas tinggal di emperan toko? Atau dengan polisi ke Papua yang menggunakan pesawat. Bukankah militer dilatih untuk kuat dan jumlah personil polisi ditugaskan di Papua tidak sebanyak prajurit TNI yang ditugaskan ke Papua?
Inilah pendapat-pendapat yang meruncingkan suasana minim tindakan DPR. Seharusnya Sukmanta mencari tahu dan tidak melulu berpendapat masalah kesejahteraan akar konflik TNI-Porli.
"Masalah penyerangan Polsek Ciracas bisa saja masalah psikologis anggota berlakang belakang pribadi. Dan jika akar masalah konfilk adalah kesejahteraan, mengapa ia tidak perjuangkan sebagai DPR jika Negara mampu membayar tinggi Prajurit TNI" Â Â
Lebih mengherankan dirinya ingin menangis melihat kesejahteraan "minim" anggota TNI. Saya sebagai masyarakat yang ingin juga menjadi anggota TNI yang punya gaji tetap, harapan pensiunan, banyak sekali yang ingin menjadi anggota TNI. Karena bisa tercukupi kebutuhannya malah ditangisi anggota DPR katanya minim.
Seharusnyaa anggota DPR prihatin dan memperjuangkan orang-orang miskin yang tidak tahu arah nasibnya. Jika anggota TNI nasib mereka sudah terketahui dapat mencukupi keluarga sehari-hari dengan gaji dari Negara yang mereka terima.
Saya sebagai pengangguran yang belum lama di PHK ini secara moralitas juga turut prihatin kepada kedua anggota DPR tersebut. Saya sudah tidak sanggup berkata-kata lagi dengan tulisan.
Tetapi saya menyayangkan media sekelas kompasiana. Tidak menjadikan isu suara emas dari kedua anggota DPR ini menjadi topik pilihan. Supaya peran media dapat mengorbitkan nama mereka berdua sekaligus partainya untuk masyarakat ketahui sungguh indah kata-katanya.