Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perwira Meski Hidup Miskin

28 Agustus 2020   09:27 Diperbarui: 29 Agustus 2020   18:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: 1.bp.blogspot.com

"Miskin memang bukan sebuah kutukan akan nistanya hidup. Tetapi miskin adalah perkara nasib dimana setiap manusia dilahirkan berbeda-beda nasibnya".

Dalam memandang hidup meski terkadang seperti tidak adil, namun apa yang terjadi pada diri kita memanglah harus diterima.

Meski dengan segudang harapan kita hidup, yang nyatanya daya dari upaya kita hanya mampu demikian. Maka dari itu kesabaran adalah kunci.

Sebab akan seperti apa lagi jika manusia tidak sabar, mengeluh pun dengan siapa, tidak terima dengan siapa pula?

Ditambah dijaman yang serba menggiurkan keinginan ini. Dimana ada orang mudah sekali mendapat rejeki.

Bisa beli ini-itu untuk kebutuhan hidup, tetapi dengan diri kita? Apakah kita merasa berbeda? Kenyataannya hidup masih seperti-seperti ini saja?

Tetapi kahanan akan nasib hidup sebagai manusia seharusnya memang "harus" diterima. Apapun jikalau sudah nasibnya, semua adalah "milik".

Tentu sebagai manusia perkaranya hanyalah dapat menerima atau tidak sebagai sebuah nasib diri yang secara tidak langsung menjadi ketentuannya sendiri.

"Dan upaya bersyukur yang tidak pernah lelah adalah praktik yang nyata untuk manusia mengingat akan kehidupannya: bagaimana pun nasibnya. Meski jungkir balik semua adalah nasib yang diupayakan diri seutuhnya".

Mengapa saya sebut kita dalam tulisan ini? Supaya kita sama-sama mawas diri, bagaimana dengan keadaan itu sendiri yang terkadang kita tidak puas dengan hidup yang ada.

Bukankah dengan ketidakpuasan selalu mewarnai hidup manusia? Kebanyakan orang memandang hidup dan nasibnya lebih buruk dari orang lain seperti menjadi realita?

Inilah yang terkadang mengharukan dan terkadang menjadi sisi kontradiktif kita sebagai manusia. Bawasanya keterpandangan dalam hidup selalu saja, setiap diri "sejatinya" mendramatisir dirinya masing-masing dalam menjalani laku hidupnya.

Akan bagaimana dirinya hidup, namun apakah dalam kehidupan walapun nasib kita kurang baik "miskin" segala-galanya, kita tidak harus punya rasa perwira yang tinggi?

Dalam arti mempunyai mentalitas sikap anti meminta-minta pada orang lain untuk bersandar pada pertimbangan suatu nasib diri kita meskipun meraa bahwa hidup ini sengsara, yang sedang di dera oleh diri kita saat miskin: kekurangan apapun?

"Miskin atau tidak sebagai diri manusia, mempunyai sikap perwira diri dibutuhkan. Bukan sombong membanggakan diri, tetapi untuk malu jika hidup minta-minta pada orang lain".

Karena bagaimana pun jika orang tidak mempunyai sikap perwira yang tinggi, disanalah ia akan membuat malu kepada dirinya sendiri.

Pada kenyataannya mentalitas miskin akan membuat hidup selalu kurang dan rawan terjatuh pada sikap minta-minta kepada orang lain.

Bahkan mentalitas miskin sendiri membuat rawan kepada sikiap-sikap koruptif, dimana dalam krumuan kerja sama selalu saja apa-apa meminta bagian yang banyak. Begitu pula dengan sikap-koruptif yang lainnya berhubungan dengan uang pasti tidak akan ada cukupnya.

Itulah mengapa sikap perwira dibutuhkan oleh siapa pun termasuk sebagai orang "miskin" itu sendiri. Supaya kemiskinan tidak membuat semakin jatuh prinsip sebagai manusia.

Miskin bukan berarti kekurangan masalah "harta" meskipun banyak orang selalu menafsirkan dengan harta. Tetapi secara universal miskin adalah orang yang selalu kekurangan itu betul, kekeurangan tersebut tentu  dalam hal apapun.

Jika memang kita miskin harta dan lain sebagainya tetapi punya sikap perwira, tidak meminta-minta kepada orang lain dan terus berusaha memperbaiki nasib, saya kira tidak ada orang lain yang mampu merendahkan kita sebagai manusia.

Saya jamin kita akan menjadi orang miskin yang "bermartabat", jika kita tidak mau menginjak-injak harga diri diri sendiri dengan meminta-minta hal apapun kepada orang lain.

Inilah mengapa sikap perwira ini penting dilakukan sebagai "laku" hidup oleh siapa pun. Sebagai upaya menyembuhkan diri sendiri dari mentalitas miskin dan mengantungkan hidup pada belas kasihan orang lain.       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun