Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

TKA China Tidak Ditolak: Realistis Alasan Investasi?

24 Agustus 2020   01:57 Diperbarui: 25 Agustus 2020   07:49 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:1.bp.blogspot.com

Kenyataannya akan seberapa pun kuat tekanan masyarakat dan mahasiswa menolak. Sungguh gajil dan akan disebut gila jika negara menolak berbagai investasi apalagi dimasa pandemi covid-19 ini.

Semua negara termasuk Indonesia berlomba-lomba menarik investasi untuk membangkitkan ekonomi, termasuk langkah yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kepri (kepulauan riau): tidak bisa berbuat apa-apa menolak investasi.

Setiap hal yang menyangkut dengan tujuan untuk lancarnya jalannya investasi, tidak peduli dari mana pun mereka berasal. Uang lebih penting dari sekedar latar belakang. Asalkan izin sudah ada sesuai undang-undang negara, tidaklah ada masalah apa-apa.

Pro-kontara dikalangan mahasiswa atau sebagaian masyatakat adalah hal yang biasa. Ditimpali dengan isu-isu lainnya, mereka masyarakat dan mahasiswa pasti akan lupa, itulah realitas masyarakat kita yang ada.

Apalagi ini hanya masalah TKA China, yang pada peruntukannya juga sebuah nilai menyangkut investasi yang mendukung kemajuan daerah khususnya kepuluan Riau di Kabupaten Bitan dan lebih menyeluruhnya negara Indonesia.

Walaupun TKA dari China yang notabanenya dimasa pandemi covid-19 ini, virus tersebut berasal dari sana. Apalah daya terus meratapi nasib yang tidak pasti dari covid-19, apapun mati kering dibuatnya termasuk dunia usaha apalagi kas negara.

Maka meskipun pro dan kontra terjadi dimasyarakat dan mahasiswa, langkah yang dilakukan Gubernur Kepri "Isdianto" tetap sudah tepat. Sebab di masa menuju resesi akibat pandemi, uang adalah hal utama yang dapat menolong ekonomi dengan jalannya investasi.

Dilansir antara (22/8/20) Gubernur Kepri menyampaikan bawasanya TKA atau Tenaga Kerja Asing yang sejumlah 325 orang telah mengangtongi izen secara resmi sebagaimana yang telah diatur undang-undang.

Gubernur Kepri juga meyampaikan kehadiran TKA tersebut memanglah benar adanya untuk menjaga iklim investasi dimasa pandemi covid-19 supaya dapat tetap stabil perekonomian.

Meskipun dalam hal ini pemerintah menindak lanjuti berbagai pihak terkait TKA China di PT BAI (Bitan Alumina Indonesia), pemprov sendiri akan meminta daftar pekerjaan yang memang layak dilakukan oleh tenaga asing TKA China tersebut.

Namun yang menjadi gajalan dari pertanyaan saya jika memang PT BAI Investor terbesar dari China. Dalam kaidah-kaidah liberialisasi ekonomi, apakah salah jika dari tukang sapu sendiri asal china?

Dalam perspektif ekonomi, sebenarnya sudah beruntung investor China hanya membawa 325 TKA dengan sejumlah modal mereka yang besar.

Berarti dalam hal ini untuk tenaga sisanya yang dibutuhkan merampungkan pekerjaan project investasi tersebut ada toleransi menggunakan tenaga kerja Indonesia.

Namun dengan berbagai tuntutan miring masyatakat awan, mungkinkah investasi suatu negara tidak akan memakai tenaga dari asal negara investor tersebut saat ini?

Jelas jika investor hanya membawa modal, tetapi tidak membawa pekerja dari negara asalnya untuk menyokong investasi sekelas "China" itu tidak akan mungkin.

Dengan sistem yang diterapkan China sebagai negara sosialis, dimana budaya sosial dalam ekonomi kuat. Maka tidak mungkin sekecil apapun investasi negara terebut didalam Negara atau yang keluar dari Negara china, utamanya tetap harus berdampak pada masyarakatnya.

Tidak heran dinegara manapun tidak hanya Indonesia, investasi dari China pasti membawa serta tenaga kerjanya. Sebab didalam investasi tersebut, juga ada hak-hak warga negara China untuk dapat berpendapatan uang dari pekerjaan mereka di negara penerima investasi seperti Indonesia.

Bukankah investasi untuk sebuah keuntungan? Bila tenaga kerja asal investor menganggur, mereka juga punya hak untuk menerima keuntungan dari menjadi pekerja tersebut dinegara penerima investor?

Inilah yang saat ini gagap dipahami oleh orang Indonesia itu sendiri banyak tidak terima dengan TKA asing khususnya dari China. Harus dipahami siapa yang punya modal saat ini adalah hal yang paling dibutuhkan oleh Negara-negara haus akan investasi seperti Indonesia.

Oleh karena itu presiden Republic Indonesia pertama "Soekarno" mengingatkan kepada segenap elemen bangsa untuk beridikari secara ekonomi, politik, dan kebudayaan. Arti kata berdikari adalah berdiri diatas kaki sendiri.

Maka saya terkadang merasa agak ganjil dengan masyarakat yang nyinyir: Indonesia di kuasai China. Sebenarnya dari Indonesia sendiri yang menghendaki di kuasai karena butuh modal dalam mengembangkan ekonomi.

Kenyataanya Bangsa Indonesia minder berdikari termasuk masyarakatnya sendiri, hanya modal tempat inginya menguasai, enggan prihatin dengan segenap kekuatan bangsa sendiri. Mampunya hanya mengolok-olok TKA yang mereka datang dengan kebesaran modal dan kompetensi.

Seharusnya masyarakat sadar diri. Ini investasi dengan segudang modal yang jumlahnya tidak sedikit dan mereka "investor" mempertaruhkan segalanya supaya investasi tersebut mendapat untung.

Dengan sekelas kontraktor saja asal Indonesia yang mendapat bagian pekerjaan di Arab Saudi sana. Kenyataanya mereka tetap memboyong tenaga kerja dari Indonesia. Untung saja masyarakat Negara Arab Saudi kaya. Coba seperti Negara Indonesia, bukan investor pembawa modal, tidak mungkin tenaga kerja kita dapat bekerja disana jika kondisi masyarakat Arab Saudi sama seperti kita.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun