Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Capres 2024, Pilih Tito Karnavian?

21 Juli 2020   19:42 Diperbarui: 21 Juli 2020   21:10 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tribunnews.com

Dalam kontestasi politik nasional, strategi jalannya sebuah peta politik pada dasarnya dimulai setelah tahun politik itu usai. Jika di Indonesia tahun politik untuk calon presiden sendiri pada tahun 2019 yang lalu, berarti tahun "2024" masa jabatan lima tahun dari tahun "2019", menyongsong calon presiden yang baru harus dipersiapkan dari saat ini--- ataupun saat presiden masa jabatan 2019-2024 terpilih kemarin.

Berpolitik secara nasional dimana jumlah penduduknya banyak seperti Indonesia, peran media sangat signifikan dalam membangun sosok atau figure calon presiden; maka dari itu siasat calon presiden haruslah sudah dipersiapkan dan matang--- sangat baik dari jauh-jauh hari setelah Presiden sebelumnya secara pasti terpilih.

Maka dari itu tidak ada lama atau cepat waktu dalam menentukan sebuah peta politik seorang calon Presiden. Sebab peta politik untuk posisi tertinggi seperti "Presiden" dalam peta politik nasional daya tariknya sangat mendesak untuk ditentukan meskipun secara waktu masih 5 tahun.

Siapa yang saat itu diperbicangkan masyarakat disanalah proses citra harus dikembangankan baik media atau partai politik tertentu, yang ingin mempersunting figure atau tokoh tersebut sebagai kandidat capres. Supaya ektabilitas calon presiden tersebut ketika sudah dekat masa pemilihan akan diperhitungkan oleh lawan politik, serta masyarakat pemilih pada khususnya untuk tidak kehilangan momentum.

Punya hak memilih dalam politik, saya sebagai masyarakat  sah-sah saja mendukung calon Presiden untuk suara saya di masa pemilihan calon Presiden berikutnya tahun 2024 nanti. 

Oleh karenanya saya sebagai warga Negara Indonesia mempunyai hak menentukan pilihan pada figure meski saat ini tahun 2024 masih sangat jauh.  Namun sebagai upaya mendukung figure tertentu, saya wajib bersuara untuk mempersiapkan figure yang bersangkutan naik pentas politik capres 2024.

Saya mengakui dimasa ketika Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta, saya memilih dia sebagai calon presiden Indonesia berikutnya. Tetapi hal lain yang menimpa dirinya serta kasus-kasus kontroversial yang mengahadang dirinya "Ahok" atau Basuki Tjahaja Purnama sangat berpengaruh besar terhadap karir politiknya saat ini.

Ahok dalam berpolitik memang belum mati meskipun kini tidak lagi mengisi jabatan publik dirinya selalu ada ditempat disanubari hati para pemilihnya dulu di DKI Jakarta. Namun dengan berbagai masalah yang menimpanya, tentu mempengaruhi pamor politiknya, yang harus saat ini dirinya susun kembali dari dasar meniti karir politik. Katakanlah kembali mencalonkan gubernur DKI Jakarta, setelah sukses disana ia mungkin akan diperhitungkan lagi dalam kontes politik nasional.

Lamanya fakum menggeluti karir politik akibat menjadi tahanan atas kasus penodaan agama membuat sinar politik Basuki atau Ahok menjadi redup dalam bursa capres tahun 2024 itu tidak saya pungkiri. 

Oleh sebab itu saya harus mencari calon lain menyuarakan suara politik saya di capres 2024, sekiranya dari rekam jejak dan standart kepatutan menurut saya mempuni sebagai seorang Presiden.

"Selama saya mengamati politik nasional saat ini memang tidak ada yang menonjol menarik untuk saya pilih sebagai calon presiden terkecuali "Tito Karnavian", yang saat ini menjadi mentri dalam negri".

Sandiaga Uno, Agus Harimukti Yudhoyono, atau Prabowo Subianto sekalipun sepak terjangnya tidak membuat saya tergiur mendukungnya terlepas dari rekam jejaknya lama dalam kontestasi politik Indonesia. Karena secara pemikiran dan citra politik menurt saya mereka sudah tidak masuk kedalam kreteria capres yang saya akan pilih nanti.

Mengapa Tito Karnavian? 

Mungkin jawaban dari kebingungan saya menyongsong capres 2024, yang saya telisik tidak ada tokoh lain yang masuk didalam kreteria saya "ideal" sebagai Presiden RI 2024. Saya medengar nama Tito Karnavian sebagai alternative capres dari salah seorang teman saya. Memang saya sudah tahu Tito di media semenjak menjadi Kaporli dan kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme).

Tetapi ketika saya lihat biografi singkatnya saat meniti Karir di kepolisian, Tito Karnavian benar-benar menabjupkan. Rata-rata dibawah lima tahun karirnya naik sampai saat ini menjadi mentri dalam negri di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Dalam narasi hidup seorang Tito Karnavian, ia dulu ketika duduk di bangku kelas 3 SMA di Palembang mengikuti ujuan perintis, semua tes yang dijalaninya lulus mulai dari tes masuk AKABRI, kedokteran di Universitas Sriwijaya, hubungan internasional UGM dan STAN, ke-emapatnya lulus namun memilih AKBRI terutama kepolisian.

Jelas disini dengan berbagai karir dan preatasi yang seorang Tito Karnavian raih, tentu menandakan bahwa dia adalah sosok yang cerdas. Tito Karnavian menempuh pendidikannya juga tidak hanya didalam negri, ia juga menempuh pendidikan diluar negri seperti pernah mengenyam pendidikan di Selandia Baru dan Singapura.     

Selain itu dia juga seorang birokrat tulen yang dalam berorganisasi tidak diragukan lagi. Bakat kepemimpinannya bersama tim densus 88 berhasil melumpuhkan teroris Dr. Azhari di Batu Jawa  Timur pada tanggal 9 November 2005 dan membongkar jaringan Noordin M. top.

Saya kira dengan sepak terjang yang sudah dilampaui oleh Tito Karnavian diberbagai organisasi kenegaraan saat ini menjabat mentri dalam negri dan segala prestasi yang sudah diraih bersama kepolisian republik Indonesia, sudah sangat pantas masuk dalam radar bursa  capres 2024.

Maka dari itu ditengah krisis yang saya kira akan terjadi pada bursa capres Indonesia 2024 menurut pendangan pribadi saya kini berangsur berubah dengan adanya nama Tito Karnavian, yang didorong bukan hanya saya, tetapi juga tokoh sekaliber Mahfud MD yang kini menjabat sebagai Menkopolhukam untuk masuk dalam bursa capres 2024.

Bukan saya saja, kita semua juga dari saat ini sudah harus mempersiapkan calon-calon Presiden potensial untuk masuk dalam bursa capres 2024 nanti. 

Supaya ketika sudah mendekati pemilihan umum calon Presiden di tahun 2024, kita sudah tidak lagi bingung mau pilih siapa. Setidaknya untuk hari ini kita sudah punya gambaran calon presiden Indonesia masa depan. Saya sendiri memilih Tito Karnavian!     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun