Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sulit: Mengerakan Manusia Tanpa Uang

21 Juli 2020   12:06 Diperbarui: 9 Agustus 2020   00:41 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: 4.bp.blogspot.com

Tentu ketika nanti peran kolonalis dirubah menjadi Negara merdeka, dimana yang telah berjuang menjadi penggeraknya pasti akan mendapat pengaruh dari perjuangannya yakni Negara nantinya menjadi kekuasaan mereka dan mereka dapat sejahtera dari pajak yang masyarakat berikan".   

Memang tidak lagi relevan hanya bakti sosial yang dirinya tidak medapat apa-apa untuk memperbaiki hidupnya. 

Maka dari itu tidak mungkin suatu gerak kerja saat ini jika tidak dibarengi dengan uang sebagai hasil itu sendiri memperbaiki kehidupan, pergerakannya sebagai bakti akan langgeng meskipun gotong royong sebagai budaya itu masih melekat dalam pikiran adat dan tradisi manusia.

"Tidak ada keluguan saat manusia dihadapkan dengan kebutuhan akan uang. Semua akan bersikut untuk memudahkan hidupnya masing-masing, tidak di Desa tidak di Kota sama saja. Manusia masih sama---sama-sama mebutuhkan uang sebagai akomodasi hidup".

Banyak satu dari "banyak" persepsi yang tumbuh dimasyarakat jika di desa gotong-royong masih kuat hingga saat ini. 

Mungkin jika digunakan untuk menggelorakan semangat bolehlah orang desa menjadi nilai jualnya yang secara turun-temurun persepsi ini selalu melekan pada kaum madani tersebut.

Tetapi apakah dalam praktik sendiri masih menggelora antara semangat gotong-royong tetapi tidak ada senutuhan umpan balik didalamnya yakni; minimal suguhan yang harus dibeli dengan uang atau langsung uang itu sendiri kepada tenaga pelaku gotong royong tersebut yang lelah dengan kucuran tenaganya?

Saya kira masyarakat zaman dulu dalam menggerakan gotong-royong itu sendiri juga pasti ada umpan balik yang harus mereka terima. 

Hajatan yang menjadi tradisi gotong royong di Desa mungkin sebagai besar masyarakat kota, pada dasarnya juga hutang dan harus dibayar setelah sama-sama melakukan hajat yang sama bergantian.

Tidak dapat dipungkiri memang--- gerak kerja atas nama kegotong-royongan lain juga sama. Sebagai satu contoh dalam gerak kerja masyarakat swadaya yang mempunyai visi kedepan menghasilkan uang "kesejahteraan", katakanlah suatu desa wisata yang berbasis swadaya masyarakat dalam mengerakan ekonomi kreatif masyarakat.

Benar dalam wacananya sendiri adalah perjuangan yang nantinya dirasakan secara bersama sebagai wadah kesejahteraan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun