Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nasib dan Masa Depan Agraria Pulau Jawa

23 November 2019   12:08 Diperbarui: 25 November 2019   11:28 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi, sekali lagi, kemajuan dalam sistem apapun itu, jika tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ideologi yang humanis akan menjadi kenyataan kosong bagi kehidupan manusia.

Kembali pada sub pokok bicara "kemanusiaan" di abad ke-21 ini, apakah akan sesuai jika didalam ranah keilmuannya sendiri, ilmu humaniora dipandang sebagai keilmuan yang menciptakan penganggur bagi negri sekelas dan sebesar Indonesia?

Mungkin menjadi apa yang dinamakan kemajuan industri dan teknologi, semua bentuk ke-ilmuan harus pro kepada teknologi dan menciptakan banyak sumber daya manusia untuk kebutuhan industri itu sendiri?

Tetapi didalam menjalaninya kini sebagai masyarakat yang tentu lebih kompleks dari industri dan teknologi, mungkinkah tidak akan menjadi ketimpangan sendiri di dalam bermasyarakat tanpa ilmu humaniora di dalammnya?

Bukankah dengan didukung teknologi maupun industri dan ilmu humaniora yang maju, akan menciptakan suatu trobosan-tobosan baru berkehidupan sosial secara seimbang? 

Bahwa negara sekelas Jerman sendiri saja tetap gigih membangun ilmu humaniora meskipun industri dan teknologi mereka juga sangat maju dan terkenal di dunia.


Bentuk ruang-ruang yang tidak tergarap oleh sisi kemanusiaan, bahkan akan menjadi ruang yang gelap untuk dilucuti keberadaannya, justru bukankah menjadi kecurigaan sendiri.

Jangan-jangan ilmu humaniora dikerdilkan di Indonesia untuk memperluas industerialisasi itu sendiri, yang diperuntukan perolehan modal dari sistem kapitalisasi supaya mereka semakin kuat pengaruhnya di Indonesia dengan sistem ekomoninya?

Berbagai kemungkinan-kemungkinan itu memang bisa saja akan terjadi, jika ditelisik lebih dalam-pun, manusia memang sudah tidak dapat lepas dari kapital, semua digiring untuk butuh untuk kerja mencari uang sebanyak-banyaknnya, dan belanja sepuasnya meskipun; sistem mengakomodasi mereka untuk tetap berhutang yang menjadi tali dengan permodalan.

sumber gambar: akurat.co
sumber gambar: akurat.co
Tetapi dalam setiap bentuk buaiyan akan sistem kapitalisme sendiri, memang semua tidak dengan lebih mudah untuk sama-sama mengingkari. Tentu karena semua manusia didunia sudah di-ikat kuat dalam genggaman mereka para manusia-manusia yang menang dalam sistem kapitalisme ini.

Seperti para pegawai rendahan sekelas gaji upah minimum kabupaten di Jawa Tengah yang terkenal rendah saja cita-citanya kini membeli smart phone seharaga belasan juta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun