Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Refleksi Tuhan, Aku, dan Kehidupan

9 Juli 2019   18:59 Diperbarui: 9 Juli 2019   19:02 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari worldsciencefestival

Dia bagaikan kesadaran yang tidak bisa menyadari dirinya sendiri. Tentang bagaimana impiannya menjadi seorang yang baik untuk dirinya, keluarganya, dan lingkungannya. Semua akan bias pada akhirnya.

Kehendak alami kebaikan manusia hanyalah kehendak untuk melanjutkan hidup, dan menghidupi mereka yang akan datang di waktu berikutnya. Menjadi bertanggung jawab merupakan suatu cahaya dalam kebaikan itu sendiri setiap dari diri manusia.

Kehidupan memang melelahkan seperti kita lelah pada diri kita sendiri. Trauma yang berkepanjangan, tidak percaya akan kekuatan diri, dan semua hal yang membuat kita jatuh meratapi nasib diri.

Mau tidak mau, manusia haruslah menjalani ini semua. Bukan untuk apa-apa, semua ini hanyalah cara bagaimana Tuhan mengajari kita untuk tumbuh, berkesadaran, dan mencintai diri kita sendiri sebagaimana adanya tanpa keluhan yang menghakimi.

Ketika doa-doa terucap, bukan kita lemah sebagai manusia, melainkan agar kita sadar menyadarkan diri dengan doa. Hidup seperti perjalanan yang tidak terketahui, Tuhan melepaskan begitu saja kita semua disini, untuk belajar, untuk mengetahui, dan untuk menjadi kepanjangan tangannya.

Kau tidak akan bisa mencintai yang lain ketika kau tidak pernah bisa mencintai dirimu sendiri. Manusia diturunkan untuk cinta dan untuk kasih kepada siapa pun. Sebagaimana Tuhan mengasihi sesuatu yang diciptakannya, membebaskan dia bersama prilakunya.

Tetapi Tuhan pun tetap sayang padanya "yang diciptakannya" dengan karma yang diterimanya. Supaya manusia belajar, untuk menjadi citra, Tuhan yang maha kuasa, maha pengasih, dan maha penyayang.

Jadi sampai kapan, kita merasa tidak terima dengan diri kita? Mencari-cari sesuatu yang bisa menyembuhkan diri kita dengan tergesa-gesa? Kita semua merupakan penyembuh terbaik untuk diri kita sendiri, memaafkan diri kita sendiri, dan menjadi guru untuk diri kita sendiri.

Sekalut-kalutnya kita hidup, seputus-putus asanya menjalaninya, dan seberat-beratnya beban yang kita tanggung, tetap "Tuhan" tidak membiarkan kita, tuhan selalu ada bersama diri kita.

Semua ini terjadi bukan kita harus mencari apa yang bisa membuat nyaman diri kita untuk bersandar. Justru ketika kau mengejar sesuatu itu, untuk mengutuhkan dirimu, dan  kau berharap banyak dari diri yang lain, seterusnya kau akan terus kehilangan dirimu, kehilangan jati diri sejati yang sudah ada di dalam dirimu sendiri sebelumnya.

Hidup tidak lebih hanyalah untuk berdamai dengan diri sendiri. Mencintai nasib yang sudah kita tentukan sendiri, menjalani apa yang menjadi jalan hidup kita sendiri. Supaya kita dapat membangun hal-hal kecil yang bisa kita bangun, melakukannya dengan hati, yang selalu berucap syukur, dan agar hati tidak iri dengan nasib yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun