Mohon tunggu...
Komar Udin
Komar Udin Mohon Tunggu... Lainnya - Wiraswasta

Membaca, sederhana , politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jargon Netralitas dan Syahwat Kekuasaan NU

26 Januari 2024   08:38 Diperbarui: 26 Januari 2024   08:38 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

JARGON NETRALITAS DAN SYAHWAT KEKUASAAN NU

Oleh : Komarudin Daid
       

Sikap netral pengurus besar Nahdlatul Ulama atau PBNU dalam percaturan politik, utamanya pilpres 2024 kini menghadapi banyak pertanyaan dari masyarakat, terlebih dari warga Nahdliyin. Ada sejumlah kebingungan yang melahirkan sederet pertanyaan atas statemen Ketum PBNU dengan realitas yang tersaji didepan mata. Lalu apa gerangan yang jadi pemicu  kebingungan dan sederet  pertanyaan tersebut ?

Adalah ketua umum PBNU kiyai Yahya Kholil Staquf alias Gus Yahya yang sejak awal mewanti-wanti agar pengurus NU disemua tingkatan untuk menjaga netralitas politik, tidak memihak kesalah satu partai dan Paslon tertentu.  Lebih jauh beliau menegaskan jangan menjadikan NU sebagai kendaraan  politik. Begitu kurang lebih statemen tegas dari Ketum PBNU.

Sayangnya steatemen sekaligus perintah Ketum tersebut kini yang justru memicu banyak pertanyaan, karena tidak satu padunya antara kata dan perbuatan. Tidak ada ketersambungan antara yg diucapkan dengan yang dilakukan.

PEMBERHENTIAN DAN PEMECATAN


Kasus pemecatan kiyai Marzuki Mustamar dari posisinya selaku ketua PWNU Jawa Timur nampaknya menjadi puncak kekecewaan warga NU atas Sikap PBNU menjelang pemilu  14 Pebruari 2024 yang akan datang.

Isu yang santer beredar kalau pemecatan kiyai Marzuki Mustamar dilatar belakangi alasan politik. Pun begitu PBNU menampiknya kalau pemecatan tersebut tidak ada hubungannya  sama sekali dengan politik.

Bantahan ini justru makin memicu kemarahan warga Nahdliyin, karena dianggap sedang membohongi warganya sendiri. Lebih dari itu bantahan tersebut secara perlahan terus mengikis  rasa simpati nahdliyin kepada PBNU, karena PBNU dianggap bukan hanya sedang berbohong,tapi juga  merendahkan akal sehat mereka. Apalagi pemecatan kiyai Marzuki momentumnya terjadi disaat ramai-ramainya hiruk-pikuk kampanye partai dan Capres-cawapres.

PBNU malah menjelaskan pemecatan kiyai Marzuki karena persoalan lama, yg itupun belum jelas persoalan apa.Maka timbul pertanyaan  kenapa pemecatannya baru dilakukan sekarang,disaat ramai kampanye pilpres?

 Mungkin PBNU beranggapan warga NU adalah sekumpulan orang polos,yang lugu, yg mudah percaya dengan bantahan yang disampaikannya,sehingg pertanyaan mereka menyangkut pemecatan atau pencopotan kiyai Marzuki dibantah begitu  ringannya tidak mengindahkan kewarasan akal dan hati nurani warganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun